Seiring perkembangan zaman, manusia berlomba-lomba untuk mengumpulkan aset-aset dalam hidupnya yang bertujuan untuk ditinggalkan untuk istri dan keluarga tercintanya. Namun, banyak dari sebagian orang tidak paham akan back-up aset-aset mereka, ketika resiko kehidupan datang secara tiba-tiba dan merenggut semua aset-aset yang mereka telah kumpulkan secara perlahan-lahan. Terlepas dari hukum fiqih yang telah menjadi perdebatan dikalangan para ulama dunia, asuransi syari’ah mengajarkan kepada kita untuk saling bahu-membahu untuk menanggulangi resiko secara bersama-sama melalui dana sumbangan berupa dana tabarru’ yang dikelola oleh perusahaan asuransi syari’ah sebagai wakil atau pihak yang ditunjuk sebagai pengelola dana tabarru’. Permasalahan dalam penelitian ini mengkaji tentang bagaimana hukum asuransi jiwa menurut 2 pakar dalam bidang agama maupun perekonomian yaitu syeikh Muhammad Yusuf al-Qardhawi dan seorang pakar ekonomi asal Indonesia yaitu Muhammad Syakir Sula di mana masih jadi kebingungan di dalam masyarakat tentang bagaimana hukum dari asuransi jiwa. Berdasarkan fenomena yang terjadi, penulis melihat bahwa permasalahan ini layak untuk diteliti dengan tujuan untuk menyadarkan kepada masyarakat umum tentang hukum asuransi syari’ah menurut hukum Islam.
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research), di mana penulis menggunakan literatur-literatur yang ada untuk menggali bagaimana hukum asuransi jiwa yang diperbolehkan dalam syari’at Islam. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan metode penelitian hukum yang digunakan penulis termasuk penelitian normatif-komparatif kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif dan penelitian ini menggunakan sumber data yaitu sumber data primer dan sekunder. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode penelaahan buku-buku, video, catatan-catatan dalam teknik pengumpulan data.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa asuransi jiwa dengan akad syari’ah sejalan dengan tujuan syari’at Islam yaitu mencegah kemadharatan dan mendatangkan kemaslahatan, di mana terdapat suatu akad saling tolong-menolong diantara para nasabah asuransi syari’ah dalam satu dana yang terkumpul bernama dana tabarru’. Selain itu, dalam hal investasi, perusahaan asuransi mengalokasikam dana investasi para nasabah bukan ke dalam instrumen-instrumen investasi yang mengandung riba, perjudian, maupun barang yang diharamkan, dengan skema bagi hasil antara perusahaan asuransi dengan para nasabahnya dalam pembagian porsi keuntungan yang diperoleh.