Keberadaan mantan penyandang kusta masih menjadi hal yang belum biasa di kalangan masyarakat umum. Walaupun kasus kusta baru di Indonesia menurun, hal tersebut tidak menghilangkan stigma yang terlanjur dipercayai oleh masyarakat umum. Para mantan penyandang kusta dianggap berbeda oleh masyarakat awam karena cacat yang diderita. Penulis mengambil objek penelitian di desa pusat rehabilitasi kusta Sumbertelu, Donorojo, Jepara yang merupakan desa yang diperuntukkan bagi mantan penyandang maupun penyandang kusta yang masih menjalani tahap rehabilitasi, dengan meneliti bagaimana bentuk-bentuk relasi sosial yang terjalin antara mantan penyandang kusta dengan masyarakat, mengingat mantan penyandang kusta memiliki keterbatasan fisik dan juga masyarakat awam yang kurang begitu mengetahui mengenai penyakit kusta yang sebenarnya, serta kebenaran dari stigma-stigma yang disematkan masyarakat umum terhadap para mantan penyandang kusta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi yang dilakukan pada mantan penyandang kusta, masyarakat, dan juga tenaga medis. Penelitian ini menggunakan teori interaksi sosial George Simmel untuk menganalisis data lapangan mengenai relasi sosial mantan penyandang kusta dengan masyarakat pada mantan penyandang kusta di desa pusat rehabilitasi kusta, Donorojo, Jepara.
Hasil dari penelitian yang dilakukan ialah, penyakit kusta adalah penyakit yang murni disebabkan oleh mycrobacterium leprae yang menyerang saraf tepi jaringan kulit luar, tidak merupakan penyakit kutukan. Adanya desa pusat rehabilitasi kusta tersebut diharapkan mampu memberikan semangat hidup bagi mantan penyandang kusta dalam melanjutkan hidupnya. Stigma-stigma yang masyarakat awam sematkan kepada mantan penyandang kusta merupakan hal yang keliru. Adanya kekeliruan tersebut sehingga masih memberikan stigma negatif dikarenakan kurangnya edukasi dan juga terbukanya pikiran masyarakat terhadap penyakit kusta. Relasi sosial yang terjalin antara mantan penyandang kusta dengan masyarakat merupakan relasi positif yang mengarah pada kebaikan dan saling menguntungkan. Yakni relasi assosiatif di mana di dalamnya terdapat kerjasama antara mantan penyandang kusta dengan masyarakat pada bidang perdagangan. Sifat penyandang kusta yang rentan dan sensitif serta masyarakat yang merasa jijik dikesampingkan, dan relasi tersebut sudah berjalan sejak lama.