Perbedaan penggunaan sky quality meter terhadap hasil observasi fajar shodiq ke arah ufuk timur dan zenith
Burhanuddin, Muhammad Fikky (2021) Perbedaan penggunaan sky quality meter terhadap hasil observasi fajar shodiq ke arah ufuk timur dan zenith. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
1702046055_M. Fikky Burhanuddin_Full Skripsi.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (3MB)
Abstract
Menghadap kiblat merupakan syarat sahnya shalat. Dalam hal ini, ada salah satu waktu shalat yang masih menjadi polemik di lingkup masyarakat, yakni waktu masukya shalat shubuh. Pada dasarnya penentuan awal waktu shalat shubuh itu didasarkan pada tanta-tanda alam yang sudah ada di dalam nash al-Qur’an maupun hadist. Kemudian ditetapkan oleh fuqoha melalui mekanisme istmbatul ahkam dengan melalui tanda-tanda alam. Dalam penentuan waktu shalat shubuh ini berkaitan erat dengan ketinggian matahari.
Ada perbedaan dalam teknik pengambilan data di lapangan. Akan tetapi standarisasi di Indonesia menggunaan perhitungan ephemeris. Jadi, bisa dipastikan perbedaan pada kasus ini ada pada pengambilan data di lapangan. Ada beberapa penelitian lain yang serupa dengan penelitan ini, dimana penelitian tersebut juga sama mencari data fajar shodiq, akan tetapi dengan mekanisme yang berbeda. Pada penelitian ini menggunakan alat ukur kecerahan langit, yaitu sky quality meter. pengambilan data ini dengan cara mengarahkan SQM ke arah ufuk timur dan juga diarahkan ke arah zenit.
Didalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan lapagan. Data primer diambil dari lapangan dengan melakukan observasi fajar shodiq. Adapun data sekunder, bersumber dari buku-buku astronomi, jurnal, ensiklopedia yang terkait dengan materi yang dibahas yang didasari dengan Al-Quran maupun Hadits, dan pendapat-pendapat fuqufa.
Sky quality meter sangat sensitif terhadap cahaya. Maka dari itu alat tersebut mampu mendeteksi terbitnya fajar shodiq. Penelitian yang diambil di daerah gelap (Pati) didapatkan hasil dari arah ufuk dengan rata-rata 21,5 mpdbp, kemudian untuk arah zenith didapatkan 19,5 mpdbp. Keadaan alam dengan kondisi cerah tanpa gangguan cahaya bulan. Data dari arah ufuk timur didapatkan elevasi matahari dengan rata-rata (-19º). untuk data yang didapat dari arah zenith didapatkan fajar shodiq terbit ketika elevasi matahari (-15º), secara otomatis data twilightnya pun juga berbeda. Data dari arah zenith terlambat dalam pembacaan data fajar dikarenkan sudut baca SQM hanya 20 derajat. Hasil penelitian dari tempat gelap sangat kurang presisi, karena faktor polusi cahaya yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi kesensitifitas alat tersebut. Akibatnya alat tersebut pun juga terlambat dalam membaca data terbitnya fajar shodiq. Maka dari itu, ketika observasi, dianjurkan dilakukan pada tempat yang bebas polusi cahaya dengan cara mengarahkan SQM ke arah ufuk timur. Hal ini dilakukan dalam rangka supaya fajar shodiq muncul, SQM bisa langsung mendeteksi cahaya tersebut dan juga tidak ada pengaruh dari cahaya lain.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Waktu Shalat; Fajar Shodiq; kecerahan langit; Sky Quality Meter |
Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 520 Astronomy and allied sciences |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > 50202 - Ilmu Falak |
Depositing User: | Ana Afida |
Date Deposited: | 02 Sep 2022 03:33 |
Last Modified: | 02 Sep 2022 03:33 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/16394 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year