Setiap manusia mengalami kehidupan yang diwarnai oleh kondisi yang tidak menyenangkan. Kondisi yang tidak menyenangkan dapat berupa kehilangan kedua orang tua, dan jauh dengan keluarga karena faktor ekonomi. Begitupun yang dialami oleh remaja Rumah Panti Asuhan Assalam Istiqomah Kabupaten Kebumen. Berbeda dengan remajapada umumnya yang tinggal bersama orang tua dan keluarga yang dicintainya, Remaja panti asuhan harus bertahan hidup tanpa ada orang tua, tanpa ada sanaksaudara, sehingga membuat Remaja panti asuhan sedih dan terpuruk. Namun begitu, pihak panti asuhan membuat usaha agar remaja tidak larut pada keterpurukan yang dapat mengganggu masa perkembangannya. Usaha tersebut berupa kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh pembimbing Rumah Panti Asuhan Assalam Istiqomah Kabupaten Kebumen.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah Untuk mengetahui kondisi Resiliensi Remaja, Untuk mengetahui Bimbingan Agama Untuk Meningkatkan Resiliensi Remaja Panti Asuhan Assalam Istiqomah Kabupaten Kebumen. Resiliensi merupakan kemampuan individu untuk menghadapi, mencegah, mengatasi dampak merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan, dan bangkit dari kesulitan yang dialaminya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakanadalah wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang remaja Panti Asuhan Assalam Istiqomah Kabupaten Kebumen
Hasil analisis dari wawancara dan observasi, penelitian ini menunjukan bahwa ketiga remaja Panti Asuhan Assalam Istiqomah Kabupaten Kebumen dapat memenuhi 7 aspek sebagai pembentuk resiliensi. Antara lain Pertama emotion regulation yaitu ditandai dengan remaja mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Kedua impuls control yaitu ditandai dengan remaja mampu mengendalikan tekanan pada dirinya. Ketiga optimism yaitu dimana remaja mulai mendapatkan kepercayaan dirinya. Keempat causal analysis yaitu ditandai dengan remaja berusaha mengidantifikasi masalah yang menimpa dirinya. Kelima emphaty yaitu ditandai dengan remaja mulai bisa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan. Keenam self efficacy yaitu ditandai dengan remaja mulai mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Ketujuh reaching out yaitu ditandai dengan remaja masih sudah bisa melakukan hal-hal positif.
Bimbingan agama untuk meningkatkan resiliensi remaja di Panti Asuhan Assalam Istiqomah Kabupaten Kebumen menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang dapat efektif diberikan untuk meningkatkan resiliensi pada remaja dengan menceritakan kisah-kisah tokoh teladan yang terdapat dalam al Qur’an dan Sunnah/Hadist.