Di Pakis Aji Jepara terdapat tradisi lamaran yang menggunakan sapi sebagai hantaran. Di beberapa desa yang menjadi objek penelitian, yakni Plajan, Tanjung dan Lebak tradisi tersebut masih mencapai 80% dalam perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pelaksanaan tradisi peminangan atau lamaran yang menggunakan sapi di Pakis Aji. Selain itu tradisi peminangan atau lamaran sapi ini ditinjau dari sudut pandang hukum Islam dengan pendekatan ‘urf dan ijma’. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara dalam pengumpulan data, sedangkan teknis analisis data yang digunakan adalah sosiologis normatif.
Hasil dari penelitian tersebut adalah Pelaksanaan hantaran sapi di Pakis Aji dimulai oleh orang kaya yang menikahkan anaknya. Dia berinisiatif memberikan sapi untuk kemaslahatan kedua anaknya dalam menjalani rumah tangganya kelak, kemudian pihak perempuan memberikan kambing sebagai balen dari sapi yang diberikan tersebut. Akan tetapi kemudian, motif hantaran sapi yang semula untuk kemaslahatan anak-anaknya, kini berubah menjadi pertaruhan harga diri dan kecenderungan ekonomi. Dalam persepktif hukum Islam tradisi hantaran sapi diperbolehkan berdasarkan pada konsep ‘urf dan juga ijma’ (konsensus) atau kesepakatan tokoh-tokoh masyarakat dalam persoalan duniawi yang tidak bertentangan dengan dalil nash. Dengan demikian tradisi ini sah berkembang dan diikuti oleh mayoritas masyarakat setempat.