Nabi dengan gelar ulul azmi merupakan nabi yang memiliki intensitas konflik lebih kompleks dibanding nabi yang lain. Nabi bergelar ulul azmi yang paling banyak dikisahkan dalam al-Qur’an adalah Nabi Musa. Kajian mengenai resolusi konflik Nabi Musa masih terbatas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.
Penelitin ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Objek dalam penelitian ini adalah ayat-ayat konflik antara Nabi Musa dan Fir’aun yang dihimpun secara tematik. Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis isi (content analysis) dengan menggunakan pendekatan teori konflik dan resolusi konflik.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa unsur-unsur konflik Nabi Musa meliputi: pertama, aktor dalam konflik ini adalah Nabi Musa dan Fir’aun sebagai aktor utama, dan Harun sebagai aktor pendukung. Kedua, adapun penyebab konflik ini yaitu adanya pelanggaran kebutuhan manusia yang dilakukan oleh Fir’aun. Ketiga, faktor pemicu (trigger) yang menjadikan konflik semakin parah yaitu kekalahan penyihir Fir’aun yang berbalik arah membenarkan Nabi Musa serta adanya hasutan para pembesar kerajaan kepada Fir’aun. Resolusi konflik yang dilakukan Nabi Musa yaitu peacemaking dengan cara negosiasi. Sedangkan peacekeeping dan peacebuilding tidak terlaksana dalam kasus ini. Dalam perspektif resolusi konflik al-Qur’an, Nabi Musa telah menjalankan musyawarah (syu>ra). Nabi Musa selalu menggunkan tutur kata yang lembut kepada pihak lawan dalam menjalankan musyawarah. Upaya berperilaku baik ini dalam al-Qur’aan disebut dengan ihsan.

ABSTRACT:
The prophet with the title ulul azmi is a prophet who has a more complex conflict intensity than other prophets. The prophet with the title ulul azmi who is most widely narrated in the Qur'an is the Prophet Musa. Studies on the resolution of the conflict of Prophet Musa are still limited, so further research is needed.
This research is a literature-based research (library research). The object of this research is a conflict verses between Prophet Musa and Fir'aun which are collected thematically. Then, Content Analysis is used to analyze the data in this research with a conflict theory approach and conflict resolution.
The results showed that there are some elements of conflict in the story of prophet Musa: first, The actors in this conflict are Prophet Musa and Pharaoh as the main conflict, and Harun as a supporting actor. Second, the cause of this conflict, namely the violation of human needs by Fir'aun. Third, the trigger factor that made the conflict worse was the defeat of Fir'aun's black magic who turned to justify Prophet Musa and the incitement to Fir'aun from the royal authorities. Prophet Musa's conflict resolution was peacemaking with the negotiation method. Meanwhile, peacekeeping and peacebuilding were not implemented in this case. In the perspective of the conflict resolution of the Qur'an, Prophet Musa has conducted deliberation (shura). Prophet Musa always used polite words to the opposing party in carrying out deliberation. This good behavior in the Qur'an is called ihsan.