Pada era Revolusi Industri 4.0, sarat akan fenomena disrupsi (ketercerabutan). Tidak hanya dalam dunia industri, melainkan juga dalam ranah agama dan budaya sangat rentan tercerabut dari akarnya. Untuk menghindarkan masyarakat dari disrupsi tersebut, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah mempertahankan kearifan lokal. Salah satu kearifan lokal yang masih dilestarikan di Desa Wonokerto adalah tradisi bubak kawah. Tradisi bubak kawah merupakan tradisi yang dilaksanakan sebagai spirit bentuk syukur orangtua ketika menikahkan anak pada pertama kalinya. Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat Desa Wonokerto banyak yang hanya menjalankan tradisi bubak kawah sebagai formalitas saja dan abai akan makna yang terkandung di dalamnya. Pemahaman masyarakat khususnya kaum muda terkait makna simbol yang terdapat dalam tradisi bubak kawah sangat kurang. Mereka menjalankan tradisi bubak kawah hanya mengikuti wasiat leluhur tanpa memahami makna dari berbagai simbol tradisi tersebut, alhasil menjadi kurang mendapat kesakralan dalam melaksanakan tradisi bubak kawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna filosofis dan nilai budaya dalam tradisi bubak kawah di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan (field research). Dalam mengalisis data, penelitian ini menggunakan analisis kritis semiotika Charles S. Peirce dengan konsep segitiga makna atau triangle meaning yakni hubungan antara tanda, objek dengan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan tradisi bubak kawah menggunakan berbagai simbol sebagai perantara atau media yang mengandung nilai dan pesan baik bagi pelaksana tradisi, maupun masyarakat setempat. Dalam prosesinya terdapat adanya pengingat akan hubungan manusia dengan Tuhan, sangkan paraning dumadi yakni asal-usul manusia sejak dalam kandungan, ketika dalam asuhan orangtua, selanjutnya dalam hal pernikahan hingga pengingat akan adanya kematian yang kesemuanya disebutkan dengan simbolis. Berbagai simbol tersebut merepresentasikan nilai budaya yang dapat dijadikan pedoman dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat lima nilai budaya dalam tradisi bubak kawah yaitu nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan, alam, masyarakat, manusia lain dan diri sendiri. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan yaitu ketakwaan. Nilai budaya yang muncul dalam hubungan manusia dengan alam adalah keseimbangan, penyatuan dan pemanfaatan sumber daya alam. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat adalah tanggungjawab, kebersamaan dan gotong-royong. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia lain ini disebut juga dengan etika, yakni sopan santun untuk hidup dalam keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri adalah tanggungjawab, ikhlas dan bijaksana.