Makna tari Topeng Endel ditinjau dari Semiotika Ferdinand de Saussure

Ramadhani, Widhi Nugroho (2021) Makna tari Topeng Endel ditinjau dari Semiotika Ferdinand de Saussure. Undergraduate (S1) thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO.

[thumbnail of Skripsi_1704016007_Widhi Nugroho Ramadhani_Lengkap] Text (Skripsi_1704016007_Widhi Nugroho Ramadhani_Lengkap)
1704016007_Widhi Nugroho Ramadhani_Tugas Akhir - widhi nugroho ramadhani.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB)

Abstract

Masyarakat Jawa dalam kebudayaannya erat kaitannya dengan simbol. Simbol digunakan sebagai alat untuk menggambarkan atau menguraikan sesuatu. Selain merujuk pada bahasa, religi dan tradisi, simbol juga merujuk pada karya seni. Simbol tersebut menampilkan kejadian-kejadian yang ada di lingkungan, menarik untuk dibedah dan dianalisis karena memiliki makna dan arti tersendiri. Salah satu karya seni yang ada di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal adalah tari topeng endel. Hal yang menarik dari tari topeng endel adalah gerakannya yang lenjeh sehingga memiliki kesan erotis bagi penontonnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari setiap tahap tari topeng endel ditinjau dengan semiotika Ferdinand de Saussure. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif lapangan(field research). Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure dengan konsep signifier(penanda) dan siginified(petanda). Hasil penelitian menunjukkan dalam setiap tahapnya, tari topeng endel memiliki makna tersendiri. Secara umum makna dari tari topeng endel adalah penyambutan tamu di suatu kerajaan. Makna tari topeng endel secara khusus dapat diketahui dengan membedah makna di setiap tahapnya. Tahap pertama pasang topeng memiliki makna sebelum menerima tamu maka berdandan dan merias diri terlebih dahulu. Tahap kedua lumaksono keputren memiliki makna sang dayang keputren memperkenalkan dirinya kepada para tamu. Tahap ketiga pada memiliki makna mempersilakan tamu untuk menikmati hidangan. Tahap kempat lontang memiliki makna sang dayang melihat ekspresi tamunya. Tahap kelima egok bokong memiliki makna menggoda para tamu dalam batas kesopanan. Tahap keenam ukel sumping maju mundur memiliki makna sang dayang menunjukkan perhiasan yang membuatnya tampil lebih cantik. Tahap ketujuh adalah ngembat sampur memiliki makna menunjukkan busana adat yang indah, yaitu jarit yang merupakan pakaian adat jawa. Tahap kedelapan adalah egok bokong memiliki makna menggoda para tamu dalam batas kesopanan. Tahap kesembilan adalah lepas topeng yang menggambarkan perasaan gembira sang dayang karena telah menghibur para tamu. Topeng yang digunakan merupakan representasi wajah sang dayang dalam tari topeng endel yang memiliki paras cantik.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Uncontrolled Keywords: Tari Topeng Ende; Semiotika; Ferdinand de Saussure
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.261 Islam and philosophy
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76237 - Aqidah Filsafat Islam
Depositing User: Fahrurozi Fahrurozi
Date Deposited: 14 Sep 2022 08:56
Last Modified: 14 Sep 2022 08:56
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/16816

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics