Relasi kekuasaan dan pengetahuan pada tradisi Dugderan di Kota Semarang dalam perspektif Michel Foucault
Kharis, M. Ilman (2022) Relasi kekuasaan dan pengetahuan pada tradisi Dugderan di Kota Semarang dalam perspektif Michel Foucault. Undergraduate (S1) thesis, Univesitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Skripsi_1504016036_M_Ilman_Kharis.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (2MB)
Abstract
Indonesia mempunyai banyak tradisi dan kebudayaan, semuanya tak lepas dengan kondisi sosial yang ada di tengah masyarakat. Salah satunya tradisi kebudayaan di kota Semarang yaitu Dugderan, tradisi ini di awali oleh KRMTA Purbaningrat yang mencemaskan masyarakat Semarang khususnya umat Islam karena sering adanya perbedaan pendapat dalam pemutusan awal bulan puasa Ramadan. Oleh karena itu, KRMTA Purbaningrat memberanikan diri untuk memutuskan awal bulan Ramadan dengan membunyikan Bedug Masjid Agung Semarang yang berada di Kauman dan menyulut meriam sebanyak tiga kali dihalaman kabupaten (saat ini dikenal denga alun-alun Kota Semarang). Dengan ikut andil nya KRMTA Purbaningrat dalam tradisi ini peneliti memakai teori kekuasaan dan pengetahuan Michel Foucault. Penelitian ini mencoba menjawab permasalahan bagaimana prosesi tradisi Dugderan dan bagaimana relasi Kekuasaan dan Pengetahuan pada tradisi Dugderan di Kota Semarang dalam Michel Foucault. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan penelitian lapangan (field research), analisis yang digunakan merupakan kualitatif dengan metode deskriptif. Setelah data terkumpul dan penulis kaji, kemudian penulis akan menganalisisnya dengan pendekatan normative yakni teori yang ada serta hasil dari wawancara.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) Tradisi Dugderan di Kota Semarang muncul karena adanya fenomena perbedaan pendapat antar sesama umat Islam dalam menentukan datangnya bulan puasa Ramadan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat ada yang mengetahui dan yang tidak mengetahui awal bulam Ramadan itu membutuhkan para alim ulama yang mengerti dalam bidang keilmuan tersebut. Dikarenakan ibadah puasa hukumnya wajib bagi setiap muslim dan termasuk salah satu dari rukun Islam, maka harus diketahuilah awal bulan Ramadan. Oleh karena itu, KRMTA Purbaningrat dan para ulama mengumumkan awal bulan puasa Ramadan tersebut sebagai suatu bentuk kepedulian dan salah satu bentuk tanggung jawab atas keilmuannya. Dikhawatirkan jika bulan puasa sudah dimulai sedangkan para masyarakat tidak tahu, maka lebih baik diumumkan secara tegas dan serentak untuk memperkokoh aqidah Islamiyah para masyarakat. 2) Tradisi ini tidak mengandung unsur politik dan kekuasaan, tetapi sebagai bentuk suatu kepedulian dan tanggung jawab untuk menyampaikan kepada meraka yang belum atau tidak tahu. Tradisi ini bersifat anjuran, nasihat, tidak mengikat dan tidak adanya hukuman bagi pelanggar tradisi tersebut, karna tidak berbadan hukum. 3) Tradisi tersebut juga menjaga umat Islam baik dari dirinya sendiri atas ketidaktahuannya dalam menentukan awal bulan puasa Ramadan dan menjaga umat dari agama yang lain yang tidak mengetahui ibadah puasa yang ada diajaran Islam.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Tradisi; Dugderan; Michel Foucault; Relasi kuasa |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 201 Religious mythology, general classes of religion, interreligious relations and attitudes, social theology 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam 300 Social sciences > 390 Customs, etiquette, folklore > 392 Customs of life cycle and domestic life |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76237 - Aqidah Filsafat Islam |
Depositing User: | Zara Hafidhany |
Date Deposited: | 29 Sep 2022 08:13 |
Last Modified: | 29 Sep 2022 08:13 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/16985 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year