Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa hukum melalui perundingan memperoleh sebuah kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh orang ketiga atau mediator. Hal ini tercantum dalam PERMA No.1 Tahun 2016. Namun keberhasilan mediasi yang ada di Pengadilan Agama Jepara kini dianggap masih belum efisien dan efektif dalam mengatasi perkara perceraian, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya peningkatan keberhasilan mediasi dalam mendamaikan melalui upaya mediasi pada perkara perceraian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yakni langsung ke Pengadilan Agama Jepara sebagai objek penelitian. tujuan penelitian ini dilakukan adalah mengkaji lebih dalam tentang kegagalan mediasi dan faktor apa saja yang mempengaruhi gagalnya mediasi di PA jepara. Pengumpulan data yang digunakan yakni dengan melakukan wawancara dan mengetahui konsepsi-konsepsi, teori, pendapat, atau penemuan yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan juga dilakukan studi kepustakaan melalui teknik wawancara dengan hakim mediator yang berhasil memisahkan dan pihak yang melaksanakan mediasi. Teknik analisis yang digunakan oleh penulis yaitu metode analisis deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi di lapangan.
Hasil penelitian ini yang dilakukan penulis yaitu bahwa Pengadilan Agama Jepara telah melaksanakan mediasi sebagaimana yang diatur dalam PERMA No 1 tahun 2016. Namun dari data yang didapatkan bahwa keberhasilan mediasi yang ada di Pengadilan agama Jepara tidak menunjukan peningkatan sama sekali karena pada tahun 2020 tidak ada perkara mediasi yang berhasil sama sekali, hal tersebut tentunya ada beberapa faktor diantaranya yakni dari para pihak yang tidak mau adanya perdamaian karena sudah terlanjur sakit hati dengan konflik yang berkepanjangan dan semakin rumit dan kemampuan dari seorang mediator dalam mengelola forum mediasi.