Peran dan status seorang perempuan tidak lagi sepenuhnya menjadi seorang ibu rumah tangga yang tugasnya macak, masak dan manak dalam istilah Jawa. Tetapi bisa menjalankan suatau pekerjaan yang umumnya dilakukan seorang laki-laki. Bahkan banyak perempuan yang mengabaikan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Dan laki-laki yang mengabaikan peranya sebagai pemimpin keluarga.
Adapun penelitian ini ternasuk jenis penelitian kepustakaan atau library research. Sumber data primer yang digunakan adalah Tafsir Jalalain karya Jalal al-Din Muhammad bin Ahmad al-Mahali dan Syech Al-Mutabahri Jalal al-Din Abdurrahman bin Abi Bakrin al-Suyuthi dan Tafsir al-Ibriz karya K. Bisri Mustofa Rembang. Sumber sekunder yang digunakan meliputi Hadits, Sirah, buku, artikel, dan jurnal yang terkait dengan judul penelitian. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptik-analisis-kompratif dengan mendeskripsikan penjabaran yang diungkapkan KH. Bisri Mustofa dan Imam Jalaludin al-Mahali dan Imam Jalaluddin as-Suyuti melalui Kitab Tafsir mereka dalam menafsirkan Q.S. AN-Nisa: 34. Kemudian pendapat keduanya akan dibandingkan dari segi persamaan dan perbedaan isi penafsirannya, kemudian hasil penafsirannya di analisis.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) dalam Tafsir Jalalain Q.S An-Nisa: 34 menunjukkan tentang kepemimpinan dan tanggung jawab suami terhadap istri, dan juga menjelaskan tentang maslahah dalam sebuah rumah tangga. Ayat tersebut bukanlah ayat untuk menyatakan pelarangan perempuan untuk menjadi seorang pemimpin dalam suatu komunitas publik, karena maksud dari ayat tersebut adalah pemimpin dalam sebuah keluarga, yaitu seorang suami yang memimpin keluarganya dan bertanggung jawab atas istrinya. Karena dalam ayat tersebut juga dijelaskan, bahwa laki-laki menjadi pemimpin dalam rumah tangga karena dua alasan yaitu keistimewaan yang dimiliki lelaki, lebih menunjang tugas kepemimpinan dalam sebuah rumah tangga daripada keistimewaan yang dimiliki perempuan dan karena mereka telah menafkahkan sebagian harta mereka. (2) dalam Tafsir al-Ibriz .S An-Nisa: 34 menunjukkan bahwa kaum laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama. Hanya saja, laki-laki mempunyai porsi lebih untuk menjadi seorang pemimpin didalam rumah tangga dan diluar rumah tangga. Sejatinya seorang perempuan ialah menjadi seorang makmum dikarenakan hidupnya sudah dijamin dari segi keamanan, harta dan kemakmuran dijamin oleh laki-laki. Sebab laki-lakilah yang mencari nafkah dan memberi nafkah.Adapun perempuan yang melampaui laki-laki berpotensi menjadi seorang pemimpin diluar rumah tangga, maka tidak ada larangan untuknya menjadi seorang pemimpin. (3) terdapat kesamaan penafsiran Q.S. An-Nisa Ayat 34 dalam Tafsir Jalalain dan Tafsir Al-Ibriz. Berupa kelebihan kaum pria atas perempuan itu terdapat pada banyak aspek. Selanjutnya kesamaan perincian dari keadaan para perempuan yang berada dalam kepemimpinan pria. Allah telah menjelaskan bahwa mereka (para perempuan) tersebut terbagi dalam dua keadaan, yakni: kelompok perempuan shalihah dan taat; dan kelompok perempuan yang bermaksiat dan membangkang.