Kurangnya pemahaman mengenai hak kesehatan seksual reproduksi ini membuat remaja dapat melakukan perilaku beresiko. Apalagi di SMPN 22 Semarang sendiri masuk dalam wilayah pedesaan yang dianggap rawan adanya perilaku beresiko karena anggapan tabu hak kesehatan seksual reproduksi. Hal ini membuat Pilar PKBI Daerah Jawa Tengah berusaha memberikan pendidikan dan pemahaman mengenai hak kesehatan seksual reproduksi di SMPN 22 Semarang, agar siswa sebagai remaja dapat mengambil langkah dan keputusan yang tepat tanpa mengikuti keputusan teman sebayanya, memiliki relasi sehat dan dapat bertanggunjawab atas pilihannya sehingga dapat terhindar dari perilaku beresiko.
Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif yang dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif. Data yang didapatkan dari proses wawancara dan pengamatan, dengan informan yang dipilih menggunakan teknik snowball sampling. Teori fungsionalisme Struktural menggunakan sistem tindakan AGIL Parsons digunakan peneliti untuk menganalisis peran yang dilakukan oleh Pilar dalam pendidikan hak kesehatan seksual reproduksi dengan anggapan masyarakat yang masih menilai tabu perihal seksualitas. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancara Pilar dan juga SMPN 22 Semarang sebagai salah satu sekolah dampingan dalam program SETARA. Data yang didapatkan ini diolah yang kemudian dianalisisa untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan pembahasan peneliti.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwasanya Pilar dalam memberikan pendidikan hak kesehatan seksual reproduksi dengan program SETARA ini adanya strategi – startegi yang digunakan sehingga dapat diterima dan diimplementasikan di SMPN 22 Semarang. Dengan menjadikan Guru BK sebagai fasilitator dalam menyampaikan modul yang ada di dalam program SETARA dengan komprehensif dan metode yang menyenangkan sehingga siswa dapat menjadi percaya diri, berdaya, dan bertanggungjawab atas pilihannya dan Guru BK juga menjadi lebih dekat dan tidak ditakuti lagi oleh siswa.