Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya permasalahan ekonomi yaitu neraca pembayaran (perdagangan) Indonesia yang terus tercatat defisit. Sebagai negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan juga potensi pasar yang besar masih belum membuat Indonesia bergerak menjadi pusat ekspor makanan halal global. Padahal SDA pendukung yang sangat melimpah setidaknya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia bahkan hingga tingkat ekspor. Penelitian ini ingin mengetahui adakah peran industri makanan halal dalam menekan defisit neraca perdagangan Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi pokok permasalahan adalah: mengapa dengan potensi industri makanan halal yang ada masih membuat Indonesia meng-impor makanan halal sehingga menyebabkan defisit neraca perdagangan Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan diatas adalah metode penelitian kualitatif dengan sistem kepustakaan, dengan pendekatan deskriptif analisis. Data-data penelitian didapatkan dari jurnal, laporan-laporan, serta data statistik ekonomi yang dirilis oleh lembaga-lembaga terkait.
Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil yaitu Indonesia memiliki potensi yang besar pada industri makanan halal. Hampir 87,2% masyrakat Indonesia beragama islam. Pengeluaran untuk makanan halal per kapita hampir separuh dari jumlah pengeluaran keseluruhan yakni 49,2%. Selain itu, ditemukan juga adanya peran industri makanan halal dalam membantu menekan defisit neraca perdagangan dari sektor non-migas. Karena rata-rata produk makanan olahan dan bahan baku/penolong yang di ekspor adalah produk halal. Namun, perannya masih dirasa terlalu kecil sehingga perlu adanya peningkatan kembali sehingga dapat memenuhi keinginan pemerintah untuk menjadikan Indonesia pusat industri halal, dimulai dari industri makanan.

ABSTRACT:
This research is motivated by the existence of economic problems, namely Indonesia's balance of payments (trade) which continues to be in deficit. As a country with abundant natural wealth and large market potential, Indonesia has not yet moved to become a global center for halal food exports. Even though the supporting natural resources are very abundant, at least they can meet the needs of the Indonesian people, even up to the level of exports. This study wants to find out if there is a role for the halal food industry in reducing Indonesia's trade balance deficit. Based on the above background, the main problem is: why with the potential of the existing halal food industry, Indonesia still imports halal food, causing a deficit in Indonesia's trade balance.
The research method used to answer the above problems is a qualitative research method with a library system, with a descriptive analysis approach. Research data is obtained from journals, reports, and economic statistical data released by related institutions.
After doing the research, it was found that Indonesia has great potential in the halal food industry. Almost 87.2% of the Indonesian people are Muslim. Expenditure on halal food per capita is almost half of the total expenditure, which is 49.2%. In addition, it was also found that there was a role for the halal food industry in helping to reduce the trade balance deficit from the non-oil and gas sector. Because the average processed food products and raw/auxiliary materials exported are halal products. However, its role is still considered too small so that it needs to be increased again so that it can fulfill the government's desire to make Indonesia the center of halal industry, starting with the food industry.