Kecurangan laporan keuangan merupakan masalah yang berkembang saat ini dan menimbulkan dampak kerugian yang besar. Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, Report to The Nation 2020) Indonesia menjadi penyumbang terbanyak kasus kecurangan laporan keuangan di kawasan Asia Pasifik yakni mencapai 36 kasus dari total 198 kasus, kemudian disusul oleh China dan Australia Maka dari itu penting dilakukannya suatu penelitian untuk mencari tahu penyebab terjadinya fraud karena fraud merupakan kasus serius dan harus diperhatikan agar jumlahnya tidak semakin bertambah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kecurangan laporan keuangan berdasarkan analisis fraud pentagon yang dikemukakan oleh Crowe (2011) menyatakan bahwa ada 5 kondisi seseorang untuk melakukan fraud yaitu tekanan, peluang, rasionalisasi, kemampuan dan arogansi. Sedangkan untuk variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kecurangan laporan keuangan yang diukur menggunakan F-Score.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor indusstri barang konsumsi yang tergabung dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Tahun 2018-2020. Sampel penelitian diambil dengan metode purposive sampling, yaitu dengan menerapkan kriteria pemilihan sampel dan memperoleh 16 perusahaan dengan periode penelitian selama 3 tahun sehingga diperoleh 48 data sampel. Berdasarkan perhitungan F-Score dari 16 perusahaan yang diteliti terdapat 3 perusahaan yang melakukan fraud dan 13 perusahaan yang tidak melakukan fraud. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dimana pengolahannya dibantu oleh program SPSS 25.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa stabilitas keuangan (tekanan) dan pergantian direksi (kemampuan) berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Sedangkan target keuangan, tekanan eksternal (tekanan), ketidakefektifan pengawasan, sifat industri (peluang), pergantian auditor (rasionalisasi), dan jumlah foto CEO (arogansi) tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.