Manusia dalam kehidupannya tidak hanya bermuamalah dengan Tuhanya semata akan tetapi ia harus bermuamalah dengan sesama manusia, di antara muamalah dengan sesama adalah jual beli yang memiliki dasar tukar menukar barang dengan asas ridho birridho, dengan perkembangan ekonomi dan perkembangan serta perubahan budaya yang terjadi, uang yang dijadikan alattransaksi penukaran barang, sekarang bisa dijadikan objek penukaran dengan uang itu sendiri sehingga uang dibelikan uang.Budaya transaksi tukar uang baru sudah sering terjadi dikalangan masyarakat, terutama disaat menjelang hari raya idul fitri dan di momen-momen tertentu,setiap transaksi yang dilakukan terdapat tambahan biaya sekitar 5-10% dari uang yang ditukarkan. Sehingga penulis memiliki keinginan kuat untuk mengetahui bagaimana praktek transaksi jual beli uang baru yang terjadi pada masyarakat khususnya di Desa Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana transaksi al-sharf di Desa Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan? dan Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap jual beli uang baru di Desa Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan?
Jenis penelitin ini merupakan penilitian lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif. Maksut penelitian lapangan adalah penelitian yang data penulis peroleh dari lapangan, yang berupa wawancara dan tertulis. Data wawancara bisa disebut data sekunder, sedangkan data yang diperoleh dari buku atau kepustakan disebut sebagai data primer. Data yang diperoleh dari lapangan dan perpustakaan kemudian penulis analisis san sajikan dalam karya ini.
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini, maka penulis menyimpulkan, pertama jual beli uang yang dilakukan di Desa Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan paling banyak terjadi yaitu ketika menjelang hari raya Idhul Fitri, namun hal tersebut tidak dibarengi dengan ketentuan jual beli uang (al-sharf) menurut hukum Islam. Jual beli uang tersebut masih terdapat tambahan biaya yag harus dibayarkan oleh pengguna jasa kepada penyedia jasa. Kedua bahwa praktek transaksi jual beli uang baru yang terjadi di Desa Ngroto, Kecamatan Gubug kabupaten Grobogan berdasarkan analisis yang penulis lakukan, ada tujuh penyedia jasayang belum memenuhi syarat untuk melakukan transaksi al-sharf. Yaitu penyedia jasa Mita Alfiyani, Rama Aguero Agen BRI Link, Khusnul Khotimah, Indah, Sahid, dan Ita Rosyani. Sedangkan transaksi yang dilakukan Oleh Muhammad Imam Rifai sudah memenuhi syarat dari al-sharf. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa transaksi al-sharf yang terjadi di Desa Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten hanya satu penyedia jasa yang transaskinya sah. Dan transaksi penyedia jaga yang dialkukan tujuh orang menurut hukum Islam tidak diperbolehkan jika menggunakan akad al-sharf, namun akad tersebut diperbolehkan dengan jika menggunakan akad ujrah al-musamma. Adapun ketentuan dalam tambahan biaya didalam transansi bukanlah riba, karena didalam transaksi tidak mengandung unsure eksploitasi. Tamabahan tersebut adalah sebagai upah untuk penyedia jasa atas jeripayahnya dalam mendapatkan uang.