Sistem ba`i istiṣna ̅’ yang diterapkan konveksi permata Semarang atas dasar kepercayaan namun masih mengalami ketidak sesuaian atas akad yang sudah diperjanjikan diawal seperti kesalahan penulisan bordir, bordir dan jahitan yang kurang rapi, pembatalan dari pihak pembeli ketika barang akan dikirim dan tidak sesuai jumlah size pakaian ketika dikirim oleh penjual.
Berdasarkan latar belakang diatas pemasalahannya yaitu Bagaimana latar belakang akad istiṣna ̅’ pada konveksi permata Semarang? dan bagaimana implementasi akad istiṣna ̅’ pada konveksi permata di perumahan permata puri dalam perspektif hukum Islam?. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan melakukan teknik pengumpulan data observasi, dokumentasi dan wawancara. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui latar belakang akad istiṣna ̅’ pada konveksi permata Semarang dan implementasi akad istiṣna ̅’ pada konveksi permata dalam perspektif hukum Islam.
Penelitian ini menyimpulkan pertama, latar belakang akad istiṣna ̅’ dikonveksi permata, faktor yang melatarbelakangi timbulnya akad istiṣna ̅’ di konveksi antara lain: Adanya akad istiṣna ̅’ atau pesanan pemilik konveksi tidak khawatir barang tidak laku karena hanya memproduksi sesuai pesanan, dengan adanya akad istiṣna ̅’ pembeli dapat memesan barang sesuai dengan kriteria dan spesifikasi pembeli, penjual atau pemilik konveksi mendapatkan keuntungan dari biaya produksi di konveksi, penjual atau pemilik konveksi dapat menghemat waktu dan bahan produksi karena hanya memproduksi pakaian sesuai pesanan. Pelaksanaan akad sudah sesuai dengan syarat dan rukun ba’i istiṣna ̅’. Urutan proses terjadinya akad a) Tahap pemesanan pada tahap ini pembeli memesan objek kepada penjual dengan menyebutkan spesifikasi objek. b) Tahap penentuan harga, ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. c) Tahap produksi objek penjual membuatkan objek sesuai dengan spesifikasi yang telah disebutkan pembeli. d) Tahap pengiriman untuk diserahkan kepada pembeli. e) Tahap terakhir pembayaran. Terdapat permasalahan dalam pelaksanaan yang dilakukan dari pihak penjual maupun pihak pembeli diantaranya kesalahan penulisan penulisan bordir, jahitan kurang rapi, tidak sesuai jumlah size pakaian ketika dikirim penjual. Semua masalah yang timbul merugikan salah satu pihak. Maka pihak penjual dalam menyelesaikan permasalahan dengan jalan musyawarah. Kedua, Implementasi akad istiṣna ̅’ pada konveksi permata di perumahan permata puri dalam perspektif hukum Islam menunjukkan dalam implementasinya sudah sah menurut hukum Islam namun ketika diakhir penyerahan barang terdapat ketidak sesuaian barang pesanan maka perlu adanya khiyār apabila ditemukan barang yang cacat tidak sesuai dengan akad, dalam hukum fikih keadaan tersebut dinamakan khiyār ‘aib (cacat) artinya si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila barang itu terdapat cacat yang mengurangi kualitas barang atau harganya. Supaya jual-beli yang dilakukan itu dengan saling rela antara penjual dan pembeli tidak mengandung unsur gharar, harus jujur dan terbuka.