Zakat termasuk dalam ibadah maliyah ijtima’iyah, artinya ibadah di bidang harta yang memiliki kedudukan sangat penting dalam membangun masyarakat. Dalam surat at-Taubah ayat 60 disebutkan delapan golongan yang berhak menerima zakat. Sebagian ulama melarang untuk memberikan zakat pada non-muslim, akan tetapi Imam Abu Hanifah membolehkan untuk memberikan zakat fitrah pada non-muslim golongan dzimmi. Berbeda dengan zakat mal yang tidak diperbolehkan sedikitpun diberikan pada non-muslim. Para toko organisasi masyarakat memiliki pandangan tersendiri tentang pemberian zakat kepada non muslim yaitu Nahdlatul Ulama dan Muammadiyah di Brebes.
Untuk mengungkapkan hal tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana Analisis Pelaksanaan zakat kepada Non Muslim menurut perspektif Nahdlatul Ulama dan Muhamdiyah di Brebes? Bagaimana Analisis Hukum Pembagian zakat kepada non muslim menurut perspektif Nahdlatul Ulama dan Muhamdiyah di Brebes?.
Adapun penelitian ini berjenis kualitatif yaitu penelitian lapangan yang terjun langsung dengan memetakan pendapat para tokoh lalu membandingkan pendapat para tokoh, sehingga jelas perbedaanya dan persamaanya yang memunculkan klasifikasi-klasifikasi menurut jenis pendapatnya masing-masing. Data primernya wawancara dan observasi pada objek penelitian. Untuk data sekunder berasal dari buku, artikel, dll. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah deskritif komperatif.
Penelitian ini menunjukan bahwa: tokoh NU menyebutkan bahwa pemberian zakat kepada non muslim tidak diperbolehkan. Namun menurut salah satu tokoh NU di Brebes memperbolehkan pemberian zakat bagi non muslim dengan ketentuan bukan zakat fitrah melainkan ghanimah atau fai’, Tokoh Muhamadiyah di Brebes berpendapat bahwa pemberian zakat kepada non muslim diperbolehkan dengan syarat dan ketentuan yang sesuai dengan surat At-Taubah ayat 60. Dalil yang digunakan NU dan Muhamadiyah di Brebes untuk menentukan telah sesuai dengan hukum Islam karena mereka menggunakan Al-Qur’an, hadis dan Ijtihad ulama.