Kebutuhan ekonomi merupakan faktor utama yang dijadikan sebagai alasan terjadinya suatu praktik sewa-menyewa akun ojek online yang dilakukan oleh anggota driver Go-Jek online di Kecamatan Mijen Kota Semarang. Akhir-akhir ini kegiatan sewa-menyewa akun marak terjadi dikalangan mitra driver Go-Jek. Praktik tersebut dilakukan dengan menggunakan akun resmi milik orang lain yang disewa oleh penyewa akun untuk menjadi driver Go-Jek online. Barang yang dijadikan sebagai objek akad dalam praktik ini adalah akun Go-Jek online yang. Praktik sewa-menyewa akun Go-Jek online akan terjadi apabila kedua belah pihak telah melakukan kesepakatan terkait syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak yang berakad, seperti upah atau ujrah yang didapatkan oleh pihak yang menyewakan akun sesuai dengan kesepakatan, serta waktu berakhirnya sewa tersebut. Apabila ditelah secara mendalam praktik ini termasuk permasalahan yang berkaitan dengan muamalah yaitu akad ‘ijarah (sewa-menyewa), untuk itu penulis mencoba menganalisa tentang keabsahan akad yang dilakukan dalam praktik sewa-menyewa akun Go-Jek online apakah telah sesuai dengan ketentuan hukum Islam , serta akibat hukum yang timbul terkait dengan praktik sewa-menyewa akun Go-Jek online.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1). Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik sewa-menyewa akun ojek online yang dilakukan oleh anggota driver Go-Jek online di Kecamatan Mijen Kota Semarang? 2). Bagaimana akibat hukum terhadap praktik sewa-menyewa akun ojek online yang dilakukan oleh anggota driver Go-Jek online di Kecamatan Mijen Kota Semarang?.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah penelitian kualitatif (field researche) atau disebut juga dengan penelitian lapangan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus dengan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis dalam penelitian ini menggunakan metode induktif dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu kemudian menarik kesimpulan berdasarkan data dari pengamatan tersebut.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) praktik sewa-menyewa akun ojek online yang dilakukan oleh anggota driver Go-Jek online di Kecamatan Mijen Kota Semarang, dalam perspektif hukum Islam dinyatakan sah, karena dalam pelaksanaannya telah memenuhi rukun dan syarat-syarat dalam akad‘ijarah. Tetapi akad tersebut mengandung akad yang fasid, akad fasid merupakan akad yang telah memenuhi rukun serta persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh syara’, namun tidak sesuai dengan ketentuan syara’ pada sifatnya. Pelaksanaan praktik tersebut juga menyebabkan berbagai hal negatif atau kemudharatan di dalamnya diantaranya adanya kerugian yang didapatkan baik dari pihak penyewa (musta’jir), pihak yang menyewakan atau pemilik akun (mu’jir), bahkan bagi pelanggan Go-Jek (customer Go-Jek). 2) Akibat hukum lahir dari kegiatan sewa-menyewa yang dilakukan antara penyewa akun dengan pemilik asli akun Go-Jek online, akibat hukum tersebut adalah dengan adanya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, seperti penyerahan akun, pemberian upah atau ujrah dari pihak penyewa ke pemilik akun Go-Jek online, serta pemenuhan syarat-syarat dari pemilik akun Go-Jek online. 3) Dalam hal keuntungan, kedua belah yang melakukan akad sama-sama mendapatkan keuntungan. Pihak pemilik akun mendapatkan keuntungan dari hasil sewa akunnya, begitu sebaliknya pihak penyewa akun mendapatkan keuntungan dari manfaat akun Go-Jek online yang disewanya. Namun, tentu saja lebih menguntungan dengan memiliki akun milik sendiri.