Menurut Al-Qur’an, Isa al-Masih adalah utusan Allah SWT, yang datang kepada bangsa Israel untuk menggenapi firman Allah SWT, yang ada dalam kitab Taurat sebelum Injil. Yang dalam perjalanan dakwahnya untuk mengembalikan ajaran taurat sebenarnya, banyak sekali hembatan yang datang dari para imam suci bait Allah,dengan dasar kedatangannya untuk merubah kitab taurat, para imam suci dan orang-orang yahudi berhasil menghasut gubernur romawi Pontius Pilatus untuk menghukum dan menyalib Isa al-Masih. Penafsiran Al-Quran tidak akan pernah menemukan makna yang otoritatif yaitu makna yang mutlak kebenarannya. Setiap mufasir mempunyai gaya penafsiran yang berbeda dan dengan metode pendekatan yang berbeda, maka dari itu banyak sekali mufasir yang menafsirkan satu ayat yang sama tetapi hasil penafsirannya berbeda. Oleh sebab itu dalam penelitian ini tertuju pada dua muasir yaitu M. Quraish Shihab dan Imam Ath Thabari. Bagaimana pendapat dan penafsiran dua mufasir tersebut dalam menafsirkan ayat 33 surat Maryam. Dari penelitian penulis menyimpulkan bahwa dalam menafsirkan ayat 33 surat Maryam, dua mufasir ini masing-masing mempunyai pendapat yang berbed-beda. Imam Ath Thabari menggunakan teori hermenetika yang ada pada ayat tersebut, sedangkan M. Quraish Shihab menggunakan teori hermenuetika yang memunculkan makna bahwa ayat 33 surat Maryam adalah dalil diperbolehkannya mengucapkan salam selamat anaal kepada umat Kristiani. Beliau juga mengungkapkan bahwa umat Islam boleh mengucapkan salam selamat natal dengan catatan siapa saja yang mengucapkan harus disertai akidahnya akan tetap murni akidah Islamiah dan meyakini bahwa Isa hanyalah seorang manusia biasa dan bukan anak Tuhan.