Setiap kata yang tercantum dalam al-Qur’an memiliki keistimewaan masing-masing yang harus di gali maknanya dan di pahami kemudian di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Secara tekstual ayat hidayah terkesan kontradiktif antar ayat satu dengan ayat yang lain. Ketika problematika yang ada dan semakin kompleks, memunculkan metode-metode tafsir terstuktur guna untuk mempermudah pemahaman masyarakat muslim terhadap al-Qur’an, salah satunya adalah menggunakan metode semantik al-Qur’an Toshihiko Izutsu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna hidayah dalam al-Qur’an dengan menggunakan metode penelitian library research. Adapun teori yang digunakan untuk membedah data penelitian tersebut menggunakan teori semantik Toshihiko Izutsu. Dalam tahap awal mencari makna dasar dan relasional dari kata hidayah, setelah mengetahui makna relasi selanjutnya adalah menggali makna kesejarahan dari fokus kata tersebut, setelah semua tahap di tempuh, maka akan membentuk makna Welthanschauung yaitu rekontruksi makna yang dilakukan oleh al-Qur’an.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kata hidayah beserta derevasinya disebutkan sebanyak 307 kali dalam al-Qur’an. Makna dasarnya adalah petunjuk dan makna relasionalnya adalah iman, penyeru, tauhid, al-Qur’an, penerangan, agama islam, ilham, serta rasul dan kitab. Sedangkan di lihat dari kesejarahan makna, kata hidayah tidak mengalami pegeseran makna, yakni petunjuk, orang yang menunujuki disebut hadi, hanya saja, semenjak datangnya al-Qur’an, makna hidayah mengalami perubahan dari wilayah aspek kehidupan manusia yang paling material ketingkat konsepsi kehidupan manusia yang religius. Dan Welthannshcauung dari makna hidayah adalah Taufik.