Penggunaan ayat yang bersifat berita seringkali dijadikan dalil untuk mengambil suatu hukum, serta mengambil satu ayat untuk mendukung pemikirannya sendiri sehingga makna yang terkandung dapat diartikan berbeda. Permasalahan tentang al-muthahharun misalnya. Penelitian ini memfokuskan pada dua aspek. Pertama, perspektif Ibnu Katsir dan Al-Maraghi tentang al-muthahharun. Kedua, perbedaan serta persamaan penafsiran al-muthahharun dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim dan Tafsir Al-Maraghi.
Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (libraray research) dengan sumber primer kitab Tafsir Ibnu Katsir dan kitab Tafsir Al-Maraghi dan sumber sekunder berupa tulisan-tulisan atau literatur yang terkait pembahasan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis data deskriptif-komparatif, yakni membandingkan, mencari persamaan dan perbedaan dari prespektif kedua tokoh.
Hasil penelitian dari komparasi perspektif kedua tokoh ini dapat ditemukan kesamaan bahwa makna al-muthahharun adalah malaikat dan juga dimaknai sebagai orang-orang yang disucikan. Penyampaian pemikiran kedua tokoh ini dalam memaknai al-muthahharun memiliki konteks yang sama, namun dalam penyampainnya menggunakan gaya bahasa yang berbeda. Dari substansi yang disampaikan kedua penafsir nampak tidak ada perbedaan. Namun dari segi bahasa Al-Maraghi mendeskripsikan al-muthahharun dengan lebih terperinci.