Pada seluruh kegiatan muamalah yang ada selalu ada hukum islam yang memberikan aturan terkait rukun dan syaratnya. Praktik barter harus dilihat apakah praktik barter tersebut telah memenuhi syarat dan rukun terkait barter. Praktik barter with exposure pada media sosial terkhusus Instagram tidak sesuai dengan hukum islam karena ada beberapa syarat yang tidak terpenuh.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis field research. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi agar medapatkan informasi yang tepat antara teori yang didapat dengan praktik dilapangan.
Hasil temuan dalam penelitian ini adalah: Praktik barter with exposure pada media yaitu barter antar produk (barang atau jasa) yang dimiliki oleh pelaku usaha dengan exposure atau kepopuleran yang dimiliki oleh influencer. Menurut hukum islam salah satu syarat barter adalah tidak mengandung riba faḍal dan tidak melanggar etika dalam bermuamalah.
Maka dari itu praktik barter with exposure pada media sosial Instagram tidak memenuhi syarat barter dan salah satu etika bermuamalah yaitu tidak boleh mengandung riba faḍal dan tidak boleh terdapat unsur spekulasi atau gharar. Sehingga praktik barter with exposure pada media sosial tidaklah sah menurut hukum islam.