Proses interaksi antara manusia dengan al-Qur’an sudah berlangsung lama dan membuahkan praktik- praktik yang beragam, salah satunya adalah membaca al-Qur’an. Alasan yang mendasarinya juga beragam, ada yang sifatnya ibadah untuk mendapat ganjaran (pahala) ada yang sidatnya sebagai wasilah untuk tujuan tertentu. Terlepas dari itu praktik- praktik tersebut merupakan kesadaran religius yang sudah pasti ada pada orang yang beragama. Dalam konteks ini tradisi pembacaan al-Rahmanlahir atas ijtihad kolektif warga yang bertujuan untuk menyempurnakan tradisi- tradisi lama yang sifatanya profan (tidak berkaitan dengan agama.)
Praktik ini dilakukan saat menjelang momen pernikahan, atau malam sebelum akad nikah yang dalam istilah jawa disebut midodaren. Sebagai bagian dari strategi dakwah yang santun, maka ac ara tersebut disempurnakan dengan bingkai pengajian al-Qur’an sekaligus tausiyah untuk calon pengantin. Antusias warga cukup tinggi mengingat sebelum adanya pengajian, acara midodaren lebih condong pada hiburan semata yang manfaat dan efektifitasnya jauh berbeda. Sehingga tradisi ini cepat melekat pada warga Banjarasri walaupun secara historis merupakan tradisi baru yang belum berlangsung lama.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif- kualitatif dengan cara langsung terjuang ke lapangan (field research). Interaksi antar subjek dengan objek yang sedang peneliti amati sangat cocok dengan fungsi pendekatan fenomenologi. Sehingga pembahasannya amat luas dan tidak terkungkung pada sisi fundamental teks semata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembacaan surat al-Rahmanmenjelang akad nikah merupakan medium atau wadah untuk membiasakan dan mendidik warga Banjarasri agar seantiasa membaca al-Qur’an.