Kepemimpinan pada umumnya hanya diberikan kepada laki-laki, hal itu disebabkan karena adanya anggapan bahwa laki-laki lebih tegas, bertanggung jawab dan berpikir rasional. Kondisi tersebut berbeda dengan perempuan yang sering dianggap mengedepankan emosional dalam tindakannya sehingga tidak layak dijadikan pemimpin. Namun seiring adanya persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, keduanya pun memiliki potensi yang sama mumpuninya untuk dijadikan pemimpin. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna ataupun tujuan tindakan yang dilakukan oleh pemimpin perempuan di lembaga pendidikan dan faktor penghambat maupun pendorongnya dalam kepemimpinannya. Dengan mengetahui tujuan tindakannya, maka akan diketahi bahwa perempuan juga memiliki pertimbangan yang beragam seperti tujuan secara rasional, nilai-nilai yang diyakininya dan kebiasaan-kebiasannya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naratif deskriptif. Untuk pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi non partsipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Sumber datanya didapatkan dari data primer yang berasal dari informan langsung melalui wawancara dan data sekunder yang bersumber dari foto maupun dokumen lainnya yang mendukung hasil penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah, Komite Madrasah, Guru, dan Wali Murid di MII Brayo. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindakan rasional untuk dapat mengetahui motif atau tujuan dari kepemimpinan perempuan di lembaga pendidikan. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis induktif melalui reduksi data, penyajian data dan terakhir penarikan kesimpulan dari hasil penelitian.
Hasil dari penelitian ini adalah kepemimpinan perempuan di MII Brayo dilakukan tidak hanya berdasarkan pada dorongan secara emosional semata, namun dalam kepemimpinannya memiliki berbagai pertimbangan lainnya yang menyesuiakan dengan kondisi dan situasinya. Kepemimpinan perempuan di MII Brayo terwujud dalam pengadaan sarana prasarana pendidikan, memotivasi murid, silaturrahmi dalam lomba tumpeng, koseling murid bolos, pengangsuran biaya pendidikan, budaya sosial dan agama, dan diskusi dengan guru di waktu istirahat. Walaupun demikian, dalam kepemimpinan perempuan sendiri terdapat dua faktor di dalamnya, faktor pendorong dan faktor pendukung yang berasal dari bersumber dari sikap keseluruhan berbagai elemen pendidikan.