Perusahaaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) merupakan perusahaan go public, secara otomatis perusahaan tersebut harus melaporkan laporan keuangannya sesuai dengan ketentuan waktu dan periodenya. Tujuan laporan keuangan yaitu untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, prestasi (hasil usaha) perusahaan serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun, sangat disayangkan karena beberapa kali pernah ditemukan bahwa ada kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dilaporkan oleh suatu perusahaan. Salah satu contoh kasus kecurangan ialah kasus PT. Garuda Indonesia Tbk tahun 2018. Untuk medeteksi adanya kecurangan dapat dilakukan dengan menggunakan fraud triangle yang dikemukakan oleh Cressey tahun 1953. Pada penelitian kali ini populasi yang digunakan merupakan perusahaan JII 70 tahun 2018-2020 yang terdaftar di BEI. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling dengan kriteria tertentu. Dari hasil penelitian diketahui bahwaa financial stability berpengaruh positif tetapi tidak siginifikan atas terjadinya financial statement fraud dengan nilai signifikansi sebesar 0,685 dan koefisien sebesar 0,281. Personal financial need berpengaruh positif dan signifikan atas terjadinya financial statement fraud dengan nilai signifikansi sebesar 0,011 dan koefisien sebesar 454,254. Nature of industry berpengaruh positif tidak signifikan atas terjadinya financial statement fraud dengan nilai signifikansi sebesar 0,804 dan koefisien sebesar 0, 248. Ineffective monitoring berpengaruh positif dan tidak signifikan atas terjadinya financial statement fraud dengan nilai sebesar 0,611 dan koefisien sebesar 0,198. Rationalization berpengaruh positif tetapi tidak signifikan atas terjadinya financial statement fraud dengan nilai signifikansi sebesar 0,754 dan koefisien sebesar 0,047.