Tingginya angka kemiskinan di Indonesia khususnya Jawa Tengah salah satunya dilatar belakangi oleh penambahan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya yang mumpuni, sedangkan di Era sekarang lapangan kerja sangat kompetitif dan terbatas yang menyebabkan tidak semua masyarakat terserap menjadi tenaga kerja. Para sosiolog mengklaifikasikan kemiskinan kedalam satu diantara potologis sosial, yakni persoalan sosial yang dianggap penyakit yang apabila dibiarkan berkembang akan mengganggu masyarakat, karena memiliki potensi yang lebih besar melakukan tindak kejahatan, selain itu juga bisa menjadikan ke kafiran dan ke kufuran. Melihat hal tersebut, dibutuhkan penyelesaian permasalahan yang tepat dan dakwah bil hal (perbuatan) dirasa lebih sesuai daripada metode dakwah yang lain karena yang dibutuhkan umat tidak lagi sekedar ucapan tapi tindakan nyata. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana dakwah bil hal pada program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat (MISYKAT) Daarut Tauhid Peduli Jawa Tengah? (2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pada program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat (MISYKAT) Daarut Tauhid Peduli Jawa Tengah?.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan obyek penelitianya adalah pihak yang terlibat dalam program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat. Selain itu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan (1) Observasi, (2) Wawancara dan (3) Dokumentasi. Guna menguji keabsahan data, dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber. Sementara itu analisis dalam penelitian ini ada tiga yaitu, (1) Data reduction (2) Data display (3) Conclution dan data verification.
Hasil penelitian ini adalah dalam pelaksanaan program MISYKAT, (1) Daarut Tauhid Jawa Tengah telah sesuai dengan prinsip-prinsip dakwah bil hal menurut klasifikasi Husein As-Segaf. (2) Telah memuat nilai-nilai dakwah bil hal menurut Abdul Basit. (3) Dana yang dipergunakan dalam proses pemberdayaan berasal dari zakat, selaras dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2013, tentang Penggelolan zakat pasal 27 ayat 1-3 bagian ketiga: pendayagunaan. Dalam proses program MISYKAT terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat, diantara faktor-faktor pendukung adalah: (1) Tenaga Pendamping Lapangan (TPL). (2) Keuangan yang memadai. (3) Minat masyarakat dan (4) Penanggung jawab yang mumpuni. Sedangkan pada faktor penghambat terdiri dari: (1) Perubahan karakter anggota. (2) Persaingan dengan pihak lain. (3) Marketing produk kurang dan (4) Belum terkenal di masyarakat luas dan (5) Masalah internal seperti kesalah pahaman pada keuangan.