Ditetapkannya kriteria NEO MABIMS menimbulkan polemik diantara perukyat di Indonesia salah satunya di daerah Condrodipo, Gresik, Jawa Timur. Pandangan tim rukyah di Condrodipo terhadap Kriteria NEO MABIMS adalah dalam pelaksanaan rukyatul hilal di Indonesia tidak perlu adanya kenaikan tinggi hilal, karena hal tersebut adalah persoalan fiqih sehingga persoalan rukyatul hilal bergantung kepada ro’inya bukan tentang perhitungannya saja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan metode pengumpulan data berupa observasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil rukyatul hilal di Condrodipo menyatakan bahwa keberhasilan melihat hilal selama rentang waktu 2015-2022 sudah dihitung mulai dari aspek geografis tempat rukyat yang sudah layak dijadikan tempat rukyat, karena ketinggian mencapai 120 M yang menjadikan ufuk horizon semakin luas dan pandangan bebas ke arah Barat, menjadikan ufuk Barat terbenamnya Matahari dan munculnya hilal lebih mudah. Dalam fiqih sudah sah berdasarkan pendapat Ulama Mazhab Syafi’I. Para perukyat Condrodipo berpendapat bahwa kriteria NEO MABIMS sebaiknya ditunda dulu, karena dua alasan. Pertama kriteria lama masih layak digunakan, kedua Dari data keberhasilan melihat hilal di Condrodipo tersebut. Jika dibawah kriteria NEO MABIMS tidak dapat diterima. Akan tetapi, hilal bisa diterima untuk dirinya sendiri sebagai bentuk ijtihad mereka yang dan orang-orang sekitar yang mempercayainya.