Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang nafkah orangtua terhadap anak yang sudah dewasa dengan menggunakan pendekatan Maqasidi. Berusaha menjawab persoalan yang terjadi di kalangan keluarga mengenai nafkah, apakah orang tua wajib menafkahi anak-anaknya yang sudah dewasa, dan bagaimana relevansinya terhadap sikap kemandirian.
Jenis penelitian ini adalah library research, menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan Maqasid al-Syari’ah. Pendekatan ini berfungsi untuk menggali penafsiran ayat berikut dengan analisis maqasid serta kontekstualisasinya pada zaman sekarang. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dari kitab-kitab tafsir, jurnal-jurnal, dan buku lainnya. Adapun ayat yang ditafsirkan di antaranya yaitu QS. Al-Baqarah ayat 233, QS. Al-Anfaal ayat 27-28, dan QS. Al-Talaaq ayat 6-7.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa anak yang sudah dewasa, berakal sehat, kuat, namun berkeadaan fakir (tidak memiliki harta dan pekerjaan), maka seorang ayah tetap berkewajiban menafkahinya. Berkaitan nafkah, tidak mengukur dengan menggunakan batasan usia, namun menggunakan batasan fakir. Relevansi nafkah orang tua terhadap anak yang sudah dewasa terhadap sikap kemandirian ditinjau dari sisi orang tua, menimbulkan sisi negatif, di mana dengan berpegang pendapatnya maqasidi, orang tua tidak memilki batas maksimal dalam menafkahi anaknya, karena pertimbangannya berdasarkan kebutuhan. Sedangkan ditinjau dari segi anak tidak termotifasi untuk mandiri sehingga mereka tetap tidak siap untuk mengemban beban kehidupan, padahal anak-anaknya sudah baligh dan berbadan sehat.