Tafsir al-Fawa>tih} al-Ila>hiyah wa al-Mafa>tih{ al-Ghaibiyyah al-Muwad}d}i>h}ah li al-Kalim al-Qur’a>niyyah wa al-H{ikam al-Furqa>niyyah sebutan lain Tafsir al-Jailani merupakan salah satu karya besar tokoh ulama’ sufistik, yakni Syeikh ‘Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani. Kitab ini berbeda dari kitab tafsir pada umumnya.
Al-Jailaini dalam tafsirnya ini memberikan corak yang bernuansakan sufistik, disusun dengan sangat runtut, sistematis dan terdapat pula pesan-pesan rahasia (sirr) didalamnya yang dapat membangkikan ruh serta meningkatkan ketakwaan bagi hamba untuk menuju pada jalan Allah Swt., melalui cara merenungi setiap semua yang tertuang dalam al-Qur’an. Ditemukan sebuah keunikan dalam tafsir ini, yakni adanya pengantar penafsiran surat (fa>tih}atu su>rat) yang terletak diseluruh bagian awal penafsiran surat, secara konsisten memakai redaksi “la> yakh{fa>…” (sangatlah jelas…).
Berawal dari persoalan diatas, penulis ingin membahas mengenai analisis isi kata pengantar dalam surat al-Fatihah, al-Baqarah dan Ali-‘Imran dalam tafsir al-Fawa>tih} al-Ila>hiyah serta mengetahui unsur-unsur tasawuf pada kata pengantar surat tersebut.
Metode yang diterapkan penulis adalah metode studi dokument, yakni sebuah metode pengumpulan sejumlah data dokumen dengan cara mempelajari guna memperoleh sumber data atau informasi terkait dengan masalah yang hendak diteliti. Sedangkan analisis yang diterapkan adalah analisis eksplanatoris yakni, sebuah analisis teori yang berfungsi untuk mendeskripsikan makna dalam suatu teks. Sehingga hal ini memberikan pemahaman mengenai suatu hal yang belum pernah diketahui. Objek pada penelitian ini adalah pengamatan terhadap bentuk pengantar penafsiran surat dan unsur-unsur tasawuf dengan sampel yang digunakan adalah surat surat al-Fatihah, al-Baqarah dan Ali-‘Imran pada tafsir al-Jaila>ni>.
Penelitian ini menghasilkan adanya perbedaan isi kandungan di setiap kata pengantar penafsiran surat yang secara garis besarnya adalah bentuk dari surat yang ingin dibahas dan unsur-unsur tasawuf yang dibangun oleh al-Jailani dalam kitab tafsirnya. Seperti pada surat al-Fatihah al-Jailani memberikan kata pengantar yang membahas tentang tingkatan (martabat) Ahadiyah, merupakan sebuah tingkatan puncak paling tertinggi yang hanya bisa dicapai oleh para Nabi dan ujung dari suluknya para wali, serta tidak seorang pun dapat menjangkau tingkat Ahadiyah ini sekalipun para auliya’ maupun para ulama’. Sedangkan dalam surat al-Baqarah mengandung tentang refleksi seorang hamba yang rindu terhadap kesucian tauhid dan surat ali-‘Imran yang berisikan pesan terhadap orang-orang yang mendalami dan merenungi tiap-tiap kalimat yang terdapat dalam al-Qur’an, mengenai hubungan penyucian lahiriah dari segala bentuk noda dan perkara syubhat basyariyah, asumsi dan khayalan rusak yang dapat menyebabkan hancurnya perjalanan menuju ke-Esa-an Dzat (tauhid) dan jati diri seseorang (huwiyah).