Tradisi Matang Puluh sebagai bentuk riyadhah santri tabarukan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Qur’aniyah Pegandon Kendal
Hakimah, Hawa Hasna (2022) Tradisi Matang Puluh sebagai bentuk riyadhah santri tabarukan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Qur’aniyah Pegandon Kendal. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
1804026187_Hawa Hasna Hakimah_Skripsi Lengkap - Hawa Hasna.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (1MB)
Abstract
Dewasa ini, wilayah kajian studi al-Qur’an mengalami perkembangan dari kajian teks pada kajian sosial-budaya yang menjadikan respon masyarakat terhadap teks al-Qur’an sebagai objek penelitiannya. Kajian ini dikenal dengan kajian The Living Qur’an. Tradisi Matang Puluh adalah salah satu dari berbagai macam fenomena yang muncul di masyarakat dalam menghidupkan teks al-Qur’an pada kehidupan sehari-hari. Tradisi ini telah membudaya dalam kalangan santri penghafal di Indonesia khususnya di pesantren-pesantren pulau Jawa, seperti yang terdapat di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Qur’aniyah Pegandon Kendal.
Skripsi ini dilatarbelakangi dengan adanya keterbatasan akan ingatan setiap manusia dan sejatinya penghafal al-Qur’an tidak hanya sebatas menghafalkan namun perlu adanya usaha untuk menjaga hafalan. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh santri penghafal al-Qur’an Qur’aniyah Kendal yaitu melakukan tradisi Matang Puluh sebagai bentuk riyadhahannya. Penelitan ini bertujuan untuk mendeskripsikan Tradisi Matangpuluh Sebagai Bentuk Riyadhah Santri Tabarukan Di Pondok Pesantren Qur’aniyah Kendal dengan rumusan sebagai berikut: 1) Bagaimana Sejarah dan Praktik Tradisi Matangpuluh Sebagai Bentuk Riyadhah Santri Tabarukan Di Pondok Pesanatren Quraniyah Kendal? 2) Apa Makna Tradisi Matangpuluh Sebagai Bentuk Riyadhah Santri Taabarukan Di Pondok Pesantren Qur’aniyah Kendal?
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi sosial. Sumber data yang digunakan adalah hasil wawancara dan dokumentasi yang digali memalui observasi dan wawancara mendalam. Lalu selanjutnya penulis menganalisis data dengan teknis analisa deskriptif naratif dan melakukan interpretasi serta menarik kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini yaitu 1) Tradisi Matang Puluh pertamakali dilaksanakan di Pondok Pesantren Qur’aniyah pada tahun 1988 atas gagasan pendiri sekaligus pengasuh pertama pondok pesantren tersebut yakni KH. Zaenal Mahmud AH yang terinspirasi oleh kisah Nabi Musa as yang melakukan riyadhan selama 40 hari di Jabal Tur sebelum meminta kitab Taurat. 2) Praktik tradisi Matang Puluh dilakukan di dalam ruangan khusus dan cara pelaksanaannya dengan menghatamkan satu al-Qur’an satu hari satu malam selama 40 hari dengan dibersamai berpuasa di siang harinya. 3) Makna tradisi Matangpuluh menurut santri tabarukan di Pondok Pesantren Qur’aniyah Kendal ialah sebagai penyempurna sistem pembelajaaran tahfidz, sebagai media penempaan santri agar dapat melatih diri supaya lebih istiqomah dalam menjaga hafalannya, serta sebagai pembersihan dan pendekatan diri kepada Allah swt.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Living qur’an; Tradisi Matangpuluh; Riyadhah; Pesantren Tahfidzul Qur’an Qur’aniyah |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.7 Propagation of Islam > 297.77 Islamic religious education |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76231 - Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Fahrurozi Fahrurozi |
Date Deposited: | 18 Jan 2023 02:28 |
Last Modified: | 18 Jan 2023 02:30 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19017 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year