Telaah manhaj Tafsīr Qarīb Al-Qur’ān : studi komparatif karya Fakhr al-Dīn al-Ṭuraiḥī dan Muḥammad bin Ismāīl al-Ṣan’ānī
Zaman, M. Badruz (2022) Telaah manhaj Tafsīr Qarīb Al-Qur’ān : studi komparatif karya Fakhr al-Dīn al-Ṭuraiḥī dan Muḥammad bin Ismāīl al-Ṣan’ānī. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Tesis_2004028013_M._Badruz_Zaman.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (2MB)
Abstract
Tafsir al-Qur’an yang berbasis kata masih menjadi diskusi yang menarik sampai hari ini. Hal ini terjadi lantaran adanya kesulitan dalam memahami makna dari lafaz. Selain itu, ditemukan kosakata dalam al-Qur’an yang masih asing menurut orang Arab. Bahkan hal ini sudah terjadi di masa Nabi Muhammad Saw. Pada gilirannya, kosakata yang masih dianggap sukar untuk dipahami disebut dengan garīb al-Qur’ān. Adapun definisi garīb adalah asing atau jauh. Ketika ditemukan dalam al-Qur’an kosakata yang garīb, para ulama kemudian merumuskan metode dan kaidah guna menyelesaikan problematik tafsir al-Qur’an ini.
Penelitian ini mengkaji terkait garīb al-Qur’ān dengan menggunakan dua sumber data primer, yaitu kitab Nuzhah al-Nāẓir wa Surūr al-Khāṭir wa Tuḥfah al-Ḥaḍir wa Matā’ al-Musāfir (selanjutnya disebut Nuzhah al-Nāẓir) karya Fakhr ad-Dīn al-Ṭuraiḥī (979-1060 H) dan kitab Tafsīr Garīb Al-Qur’ān karya Muḥammad bin Ismāīl al-Ṣan’ānī (1099-1182 H). Penelitian dua kitab garīb al-Qur’ān ini mengangkat tiga rumusan penelitian. Pertama, menggali metode penyusunan kitab garīb al-Qur’ān beserta metode penafsiran kedua kitab. Kedua, menelaah secara komparatif terhadap dua kitab. Ketiga, menganalisis secara kritis atas penafsiran kosakata al-Qur’an dalam dua kitab tersebut. Penelitian ini berbentuk kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis) dibantu dengan dua pendekatan, yaitu komparasi dan intertekstual. Kemudian teori ilmu garīb al-Qur’ān digunakan sebagai pisau analisisnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kitab sama-sama menggunakan metode penyusunan laiknya kamus Arab (manhaj al-mu’jami). Hanya saja berbeda secara jenisnya. Adapun dari segi metode penafsiran, keduanya memiliki kecenderungan corak yang berbeda. Al-Ṭuraiḥī lebih banyak menggunakan periwayatan (bi al-ma’ṡūr) sementara al-Ṣan’ānī lebih banyak mencukupkan diri pada aspek linguistik (kebahasaan). Namun kedua kitab tersebut masih memiliki kekurangan. Misalnya dari sisi penafsiran yang menggunakan hadis, al-Ṭuraiḥī masih cukup kuat atas dorongan sekte yang dianutnya. Sebab ia hanya menampilkan hadis yang berasal dari kalangan Ahlu al-Bait. Sehingga menghasilkan penafsiran yang cukup subjektif. Sedangkan al-Ṣan’ānī masih banyak ditemukan kesalahan pada penyusunan dan dari aspek penafsiran juga menggunakan riwayat yang lemah. Namun ia tidak memberikan penjelasan lebih detail atas penafsirannya.
ABSTRACT:
Interpretation of the Qur'an based on pronunciation is still an interesting discussion to this day. This happens because there are difficulties in understanding the meaning of these pronunciations. In addition, there are pronunciations in the Qur'an that are strange to the Arabs. Even this has happened at the time of the Prophet Muhammad. In turn, pronunciations that are still considered difficult to understand are called garīb al-Qur'ān. The definition of garīb is strange or distant. When a garīb pronunciations is found in the Qur'an, the scholars then formulate methods and rules to solve this problematic interpretation of the Qur'an.
This research will then examine related garīb al-Qur'ān by using two primary data sources, namely the book Nuzhah al-Nāẓir wa Surūr al-Khāṭir wa Tuḥfah al-Ḥaḍir wa Matā' al-Musāfir (hereinafter referred to as Nuzhah al-Nāẓir) by Fakhr ad -Dīn al-Ṭuraiḥī (979-1060 H) and the book Tafsīr Garīb Al-Qur'ān by Muḥammad bin Ismāīl al-Ṣan'ānī (1099-1182 H). This research on the two Garīb al-Qur'ān books raises three research formulations. First, explore the method of compiling the garīb al-Qur'ān along with the methods of interpreting the two books. Second, examine comparatively the two books. Third, critically analyze the interpretation of the Qur'anic vocabulary in the two books. This research is in the form of library research using content analysis assisted by two approaches, namely comparative and intertextual. Then the theory of garīb al-Qur'ān science is used as a knife of analysis.
The results of the study show that the two books use the same method as the Arabic dictionary (manhaj al-mu'jami). It's just different types in it. As for the method of interpretation, both of them have different tendencies.. Al-Ṭuraiḥī uses more of the narration method (bi al-ma'ṡūr) while al-Ṣan'ānī is more self-sufficient on linguistic aspects. But both books still have shortcomings. For example, in terms of interpretation using hadith, al-Ṭuraiḥī is still quite strong due to the encouragement of the sect he adheres to. Because he only displays hadiths originating from the ahlu al-bait. So as to produce a fairly subjective interpretation. Whereas al-Ṣan'ānī still finds many errors in the preparation and from the aspect of interpretation it also uses weak narrations. However, he did not provide a more detailed explanation.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Manhaj; Metode tafsir; Tafsīr Qarīb Al-Qur’ān; Fakhr al-Dīn al-Ṭuraiḥī; Muḥammad bin Ismāīl al-Ṣan’ānī |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.12 Al-Quran and Hadith > 297.122 Al-Quran > 297.1226 Interpretation and Criticism |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 76131 - Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (S2) |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 17 Feb 2023 07:50 |
Last Modified: | 17 Feb 2023 07:50 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19208 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year