Merebaknya virus Covid-19 di Indonesia sejak Maret 2020 lalu, berimbas terhadap hambatan akibat terjadinya pandemi bagi seluruh warga tak terkecuali insan pers. Tuntutan pekerjaan sebagai salah satu sumber informasi utama masyarakat, mengharuskan jurnalis untuk tetap menjalankan profesinya meskipun memiliki mobilitas tinggi. Resiko tertular, peran ganda, perubahan SOP (Standard Operating Procedure) karena anjuran mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah menimbulkan dinamika dalam menjalankan tugasnya mulianya di kondisi pandemi sekalipun. Berdasarkan uraian diatas, masalah yang diangkat pada penelitian ini ialah bagaimana jurnalis televisi perempuan muslimah mengatasi dinamikanya dalam meliput berita selama berlangsungnya pandemi Covid-19 juga faktor apa saja yang mempengaruhi. Subjek penelitian ini yaitu tiga orang jurnalis perempuan muslimah dari televisi yang berbeda. Untuk mengungkap persoalan tersebut, Penulis mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang mencoba menganalisis fenomena dinamika meliput berita selama pandemi Covid-19 di kalangan jurnalis televisi perempuan muslimah. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara. Dari hasil penelitian diperoleh data berupa tiga tema utama yang berpengaruh besar, yaitu masing-masing informan memiliki dinamika dalam keberadaannya yang terbilang minoritas. Kemudian caranya mengatasi kendala di lapangan demi mempertahankan kuantitas dan kualitas berita dan kecemasan mengenai kesehatan. Informan pertama mengalami ketiga hambatan tersebut karena menjadi satu-satunya sampel yang pernah mengalami isolasi mandiri di rumah sakit akibat positif Covid-19. Sementara itu informan kedua dan ketiga secara positif memaknai fenomena ini serta menganggap wajar proses adaptasi menuju kebiasaan baru. Secara umum penilaian jurnalis perempuan mengenai diskriminasi karena posisi minoritasnya bergantung dari pola pikir masing-masing individu.