Ibadah salat merupakan kewajiban bagi umat Muslim yang telah ditentukan waktu-waktunya, maka disebut sebagai ibadah muwwaqit. Sejak sepeninggal Rasulullah SAW., umat Islam terbagi menjadi beberapa kelompok. Meski awalnya hanya perbedaan dalam penentuan khalifah pengganti beliau, namun hingga merembet kepada ijtihad hukum Islam oleh para sahabat dan tabi’in dikarekan Al-Qur’an dan Hadits yang berhenti dikeluarkan sehingga hukum Islam menjadi terbatas. Salah satunya adalah penentuan pembagian waktu salat fardu. Sebagai dua Mazhab terbesar dan merupakan induk dari segala kelompok dalam Islam, Mazhab Sunni (Ahlussunah wal Jama’ah) dan Syiah memiliki pembagian waktu salat fardu yang berbeda. Bagi Mazhab Sunni, waktu salat fardu dibagi menjadi 5 waktu sesuai dengan jumlah salat fardu. Sedangkan bagi Mazhab Syiah, waktu salat fardu dibagi menjadi 3 waktu, yakni Subuh, Dhuhraini (Zuhur-Asar), dan Isya’aini (Magrib-Isya). Kedua penentuan ini sama-sama memiliki dalil dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Jenis penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan library research dan wawancara. Sumber-sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab-kitab fikih karangan dari beberapa ulama dari Sunni dan Syiah dan sumber-sumber data sekunder berupa buku dan jurnal yang memiliki keterkaitan dengan topik-topik yang diangkat. Dalam menentukan pendapat para ulama secara astronomi, peneliti melakukan penggabungan antara pendapat para ulama yang memiliki korelasi dengan fenomena alam sebagai penentu waktu salat (sesuai dengan dalil-dalil nash) dengan fenomena yang ada di lapangan, menentukan sudut derajat untuk posisi matahari yang sesuai dengan fenomena tersebut, dan menghubungkannya dengan rumus-rumus untuk menentukan awal waktu salat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik Mazhab Sunni maupun Mazhab Syiah memiliki batasan waktu salat yang serupa. Yang menjadi pembeda ialah pelaksanaan waktu salat Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya yang digabungkan bagi mazhab Syiah. Beberapa ulama Mazhab Syiah masih mencantumkan batasan waktu salat secara lengkap, yakni 5 (lima) waktu, seperti milik ulama Mazhab Sunni. Kemudian dalam penentuan akhir waktu Isya juga terdapat perbedaan. Namun dalam satu Mazhab, beberapa ulama satu sama lain telah memiliki perbedaan dalam membatasi waktu Isya. Diantaranya adalah pertengahan malam, sepertiga malam, dan kemunculan fajar shadiq. Waktu – waktu salat fardhu hasil ijtihad ulama Sunni dan Syiah apabila dirumuskan dalam metodologi milik Kementrian Agama RI dan Tono Saksono, mencapai hasil yang serupa untuk waktu Zuhur, Asar, dan Magrib. Sedangkan untuk waktu Subuh dan Isya serupa dengan hasil dari metode milik Tono Saksono. Dikarenakan, waktu mulai Isya dalam metode milik Kementrian Agama RI tersebut terlalu lambat, dan waktu mulai Subuhnya terlalu pagi. Sehingga tidak sesuai dengan ijtihad ulama Sunni dan Syiah.