Pemilu pasca reformasi mendorong peningkatan partisipasi perempuan baik dalam politik elektoral maupun parlemen sebagai hasil pemilu. Eksistensi perempuan dalam pemilihan umum telah dijamin oleh konstitusi yang menyatakan keterwakilan perempuan di parlemen harus memenuhi kuota afirmasi minimal 30%, yang di mana perempuan dapat berpartisipasi dalam dinamika politik. Banyak caleg perempuan yang berhasil mengikuti pemilu. Salah satunya adalah Rahmijati Jahja yang merupakan calon petahana pada pemilihan umum untuk memilih anggota DPD RI dari daerah pemilihan Provinsi Gorontalo tahun 2019. Keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa Rahmijati memiliki kapasitas dan kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam mengikuti pemilu. Rahmijati sebagai calon petahana menjabat sebagai anggota DPD sejak tahun 2009 hingga terpilih kembali pada tahun 2019. Fenomena ini menjadi menarik untuk dikaji dengan melihat strategi kemenangan Rahmijati dalam memenangkan kontestasi pemilu 2019 di Provinsi Gorontalo.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi politik Rahmijati dalam membangun mesin politik dan bagaimana strategi yang digunakan Rahmijati dalam memobilisasi suara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, di mana metode tersebut merupakan prosedur penelitian yang menyajikan data deksriptif. Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan yaitu studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan metode dokumentasi. Pada penelitian ini narasumber dipilih secara purposive. Analisis data dilakukan dengan menggambarkan fenomena dari data yang diperoleh dari lapangan dan dikaitkan dengan teori politik yang digunakan yaitu strategi politik dan mesin politik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rahmijati membangun mesin politik yang terdiri dari beberapa tim sukses, yaitu tim inti, tim sukses di setiap kabupaten dan kota, dan tim di level akar rumput. Tim sukses inti berasal dari jejaring elit partai, kekerabatan dan kolega. sedangkan tim sukses di setiap kabupaten dan kota dibangun berdasarkan jejaring sosial dan kolega dari sang suami. Sementara itu, tim di akar rumput merupakan tim relawan yang secara sukarela membantu dan mendukung Rahmijati dalam memobilisasi suara. Dalam membangun dan menjaga jejairng mesin politiknya tesebut, Rahmijati menggunakan praktik patron-klien sehingga para anggota tim suksesnya merupakan orang-orang setia yang telah mendukungnya sejak pemilihan sebelumnya. Dengan demikian, loyalitas antara anggota tim sukses dengan Rahmijati begitu kuat dan tidak terjadi pengkhianatan terhadap Rahmijati. Sementara itu, strategi Rahmijati dalam memobilisasi suara pemilih dilakukan melalui strategi ofensif dan strategi defensif yang diwarnai oleh praktik-praktik politik programatik, patronase hingga klientelisme.

ABSTRACT:
The post-reform general election encouraged the increase of women's participation in both electoral politics and in the parliament as the result of election. The existence of women in general elections has been guaranteed by constitution which states that the representation of women in parliament must meet a minimum quota of affirmation act about 30%, which is women can participate in political dynamics. Many female candidates success to participate in the elections. One of them is Rahmijati Jahja who is the incumbent candidate of DPD RI in the general election from the electoral district of Gorontalo Province in 2019. This success shows that Rahmijati has the same capacity and abilities as men in electoral politics. Rahmijati as the incumbent candidate has served as a member of the DPD since 2009 until she was re-elected in 2019. This phenomenon becomes interesting to study by looking at Rahmijati's winning strategy in the 2019 election contestation in Gorontalo Province.
The purpose of this study is to find out how Rahmijati's political strategy in building a political machine and how is strategy of Rahmajati in mobilizing votes. This study uses a qualitative method and case study approach. Collecting data in this study used interview and documentation methods. In this study, the informants were selected by purposive sampling. While data analysis was carried out by describing phenomena from data obtained from the field and associated with the political theory used, namely political strategy and political machinery.
The results of this study indicate that Rahmijati built a political machine consisting of several successful teams, namely the core team, success teams in each district and city, and teams at the grassroots level. The core success team comes from the party's elite network, kinship and colleagues. The success team in each district and city was built based on her social capital and her husband's colleagues. Meanwhile, the grassroots team is a team of volunteers who voluntarily help and support Rahmijati in mobilizing votes. In building and maintaining this network of political machines, Rahmijati used patron-client practices so that the members of her success team were loyal people who had been supported her since the previous election. Thus, the loyalty between the members of the success team and Rahmijati was so strong and there was no betrayal to Rahmijati. Meanwhile, Rahmijati's strategy in mobilizing voters' voices was carried out through offensive and defensive strategies colored by programmatic and patronage-clientelism politics.