Tidak dapat diragukan lagi bahwa Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectuall Property Rights (IPRs) adalah hak ekonomis yang diberikan kepada seorang pencipta atas suatu hasil karya dari intelektual manusia. Tapi di Indonesia sendiri HKI ini dalam perlindungannya masih terbilang lemah. Seperti kasus maraknya penjualan terhadap buku bajakan yang terjadi di Stadion Diponegoro Semarang saat ini menjadi contoh bahwa masih sangat lemahnya penegakan terhadap hak cipta di Indonesia.
Dari kasus tersebut peneliti melakukan tinjauan terhadap faktor yang menjadi penyebab terjadinya praktik jual beli buku tersebut serta bagaimanakah jika praktik jual beli buku bajakan di Stadion Diponegoro Semarang ini ditinjau dari perspektif Fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan atau dalam masyarakat. Sedangkan Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum non-doktrinal, yaitu penelitian berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Praktik Jual Beli buku bajakan di Stadion Diponegoro Semarang ini adalah praktik jual beli yang bertentangan dengan Fatwa MUI No: 1/MUNAS VII/MUI/15/2005, karena objek akad dalam hal ini adalah sebuah buku bajakan yang di dalamnya terdapat hak milik orang lain yang dijual tanpa seizin pemilik hak tersebut. Serta segala bentuk kegiatan baik itu mencetak ulang atau men-copy buku (tanpa seizin yang sah) dipandang sebagai pelanggaran atau kejahatan terhadap hak pengarang dan hukumya adalah haram.