Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya rekayasa harga pasar dalam sebuah jual beli marketplace digital. Rekayasa harga tersebut terjadi dalam jual beli aset NFT yang diawali dengan naiknya harga secara tiba-tiba. Hal ini, menyebabkan harga jual aset NFT naik berkali-kali lipat. Namun, selang beberapa bulan, kenaikan harga NFT tersebut mulai merangkak turun menuju kembali pada harga semula. Praktik rekayasa harga tersebut dikenal dengan sebutan praktik Monkey bisnis. Dari hal tersebut, menghasilkan rumusan masalah, yang pertama mengenai bagaimana praktik Monkey Bisnis pada jual beli aset Non Fungible Tokens. Kedua, bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik monkey bisnis pada jual beli aset Non Fungible Tokens.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau field research. Jenis penelitian yang digunakan non-doktrinal, dengan pendekatan penelitian yuridis-empiris yang bersifat deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data dihasilkan dari data primer dan data sekunder yaitu, bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa praktik Monkey bisnis dan jual beli aset NFT dilakukan dengan cara Hype, Pump, and Dump terhadap harga jual aset NFT. Dengan praktik tersebut, pada akhirnya menyebabkan kerugian yang dirasakan oleh banyak pihak karena telah menginvestasikan uangnya terhadap aset NFT. Maka Jual beli tersebut diharamkan dikarenakan termasuk transaksi Bai’ Najasy yang mana terdapat rekayasa harga pada praktik Mokey Bisnis pada jual beli aset NFT.