Konsep cinta Kahlil Gibran dan Erich Fromm : studi komparasi

Musyarrofah, Siti (2022) Konsep cinta Kahlil Gibran dan Erich Fromm : studi komparasi. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Skripsi_1704016086_Siti Musyarrofah_Lengkap] Text (Skripsi_1704016086_Siti Musyarrofah_Lengkap)
1704016086_Siti Musyarrofah_Lengkap Tugas Akhir - siti musyarrofah.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (769kB)

Abstract

Semakin tua umur dunia, semakin kaya pengalaman manusia. Semakin pintar manusia menata peradaban, semakin warna-warni wajah dunia oleh ketinggian ilmu dan kecanggihan teknologinya serta semakin mengagumkan kreativitas akal dan intelektualnya, namun seiring dengan itu justru membuat sebagian besar manusia hanya mau patuh dan percaya kepada yang memiliki daya guna dan fungsi yang terlihat oleh indra. Karena cara berpikir manusia yang terbiasa mengandalkan mekanika akal-rasio berabad-abad lamanya. Hal-hal seperti idealisme dan religiusitas hanya ada di pinggiran masyarakat, diyakini milik populasi yang kurang mampu, dan tidak memiliki tujuan selain untuk menurunkan kualitas hidup manusia. Pada akhirnya mulai hilanglah ciri utama manusia, yaitu rasa solidaritas, toleransi, tolong-menolong, bahwa manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dan saling membersamai. Manusia menjadi egois dan tidak peka terhadap apapun yang terjadi di sekelilingnya. Menurut penjelasan yang diberikan di atas, jelas bahwa hanya satu hal yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Itu adalah cinta; mencintai berarti memisahkan diri dari mereka yang memperlakukan orang lain dengan hina. Orang yang sedang jatuh cinta belajar menghargai dan menumbuhkan satu sama lain. Mencintai memerlukan mendorong orang untuk berbagi dunia damai kita dengan kita. Kahlil Gibran yang seorang sastrawan timur dan Erich Fromm seorang psikoanalisis Jerman adalah beberapa dari banyak ilmuan yang mencoba mendefinisikan tentang cinta. Gibran yang mengartikan cinta berdasarkan pengalaman dan fenomena budaya di tanah kelahirannya, sedangkan Fromm mendefinisikan cinta dengan mengamati pola tingkah laku manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep cinta menurut Kahlil Gibran dan Erich Fromm, serta mengetahui persamaan dan perbedaan kedua tokoh mengenai kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah study literature yang bersifat komparatif kualitatif. Langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah deduktif, induktif, dan komparatif. Keduanya meskipun memiliki latar belakang pemikiran yang kontradiktif, dimana bagi Gibran cinta adalah hal yang fitrah, yang tidak disengaja dan sifatnya “falling for”. Berbeda dengan Fromm yang menyatakan bahwa cinta adalah hal yang aktif, harus dipelajari, sifatnya “Standing in”. Setelah peneliti mengkaji lebih lanjut, keduanya mempunyai keunikan dan keselarasan dalam mengartikan cinta. Gibran dan Fromm sama-sama setuju bahwa cinta adalah dasar dari eksistensi manusia, dan cinta adalah langkah untuk menjadikan diri menjadi manusia yang lebih produktif dan berdaya.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Uncontrolled Keywords: Konsep cinta; Kahlil Gibran; Erich Fromm
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.4 Sufism > 297.45 Sufi ethics
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76237 - Aqidah Filsafat Islam
Depositing User: Fahrurozi Fahrurozi
Date Deposited: 01 Apr 2023 00:56
Last Modified: 01 Apr 2023 01:05
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19565

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics