Teologi Islam telah memberikan kontribusi dalam pemunculan konsep humanism. Hal ini terlihat pada konseptualisasi yang dilakukan, baik oleh para teolog klasik maupun teolog kontemporer. Secara historis, jauh sebelum Barat mengonsepkan humanism yang berporos pada otonomi mmanusia, Mutazilah telah memperkenalkan hakekat dan konsep diri manusia dengan memberikan tekanan yang sangat kuat pada kebebasan manusia yang secara otonom bisa digunakan untuk menentukan sendiri perjalanan kehidupannya. Baik buruknya sangat ditentukan oleh mereka sendiri. Demikian pula dengan para teolog kontemporer, yang juga disemangati oleh cara berpikir Mutazilah, berusaha untuk melakukan rekonstruksi teologis. Ujung dari upaya rekonstruksi ini adalah menempatkan teologi sebagai sebuah ilmu yang lebih berdimensi kemanusiaan, walaupun diderivasi dari sumber otoritataif Islam dan karakteristik ketuhanan, agar bisa menyelesaikan problem riil manusia. Dengan demikian teologi bentuk baru tersebut menjadi Teologi Islam Transformatif yang lebih merupakan dialog antara teologi dengan humanisme yang melahirkan teoantroposentrisme Islam. Berbeda dengan Humanism Barat yang lepas dari keberadaan Tuhan, Teologi Islam Transformatif menyodorkan model humanism yang tidak terlepas dari peran Tuhan.
Rekonstruksi yang dilakukan oleh para teolog kontemporer adalah melalui reinterpretasi terhadap berbagai terma dalam teologi. Beberapa terma yang menjadi konsep kunci dalam teologi yang mendapatkan sentuhan humanisme iman, kufr, tauhid, syirik, sifat-sifat Allah, taqdir, rukun iman dan sebagainya. Konsep-konsep ini secara keseluruhannya dimaknai secara kemanusiaan. Hal ini menunjukkan bahwa ada upaya untuk memindahkan dari pusat orientasi god-centered ke human-centered.