Tradisi sunat perempuan masih dipraktikkan di beberapa daerah di Indonesia, termasuk pada masyarakat Jawa, baik di pedalaman maupun di pesisiran, seperti di Kabupaten Demak dan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Pada masyarakat di Kabupaten Demak yang merepresentasikan masyarakat Pesisiran Jawa Tengah, dan Kabupaten Klaten yang merepresentasikan masyarakat Pedalaman Jawa Tengah, tradisi sunat perempuan masih tetap eksis meski tidak memiliki keseragaman bentuk. Karakteristik tradisi sunat perempuan di kedua wilayah tersebut yang diekspresikan ke dalam dua model, yakni model “simbolik” (dengan media pengganti berupa kunyit) dan model “sesungguhnya”, yakni benar-benar dilakukan dengan cara memotong sedikit bagian alat vital anak perempuan. Pada umumnya, motivasi mempraktekkan sunat perempuan adalah menjalankan tradisi leluhur agar anak perempuan tidak “ngintil kakung” (hyperseks), dan menjalankan perintah agama yang bersumber dari ajaran khitan. Penelitian ini mengajak kita untuk melihat lebih dalam bagaimana praktik sunat perempuan pada masyarakat Jawa dan bagaimana perspektif perlindungan anak.