Rasio pembiayaan bermasalah pada Bank Umum Syariah (BUS) tercatat sebesar 2,65 persen atau Rp 6.700 triliun dari total pembiayaan Rp 253.314 triliun sedangkan pada Unit Usaha Syariah tercatat sebesar 2,66 persen atau Rp 4.038 triliun dari total pembiayaan 151.978 triliun. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya NPF bank syariah mengalami penurunan tipis. Sedangkan untuk BPRS, NPF tahun 2022 mengalami penurunan dibanding 2021. Apabila pada tahun 2021, total NPF BPRS sebesar 7,86 persen dari total pembiayaan sebesar 10.764.870 juta, maka pada 2022, NPFnya sebesar 7,25% dari total pembiayaan sebesar 12.087.197 juta. BPRS Asad Alif merupakan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dengan total asset mencapai 47.95 miliar, total pembiayaan 37,98 miliar serta NPFnya tahun 2021 sebesar 4,11% sedangkan per Juni 2022 sebesar 3,21%. Oleh karena itu BPRS Asad Alif berhasil menurunkan tingkat NPF sebesar 0.9%. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif Kantor Kas Dr. Cipto Semarang.
Penelitian ini memanfaatkan metodologi kualitatif dengan sumber datanya ialah sekunder dan primer. Pengumpulan datanya diperoleh berlandaskan pewawancaraan serta pendokumentasian. Terkait perihal itu, teknik penganalisisan deskriptif-kualitatif digunakan pada penelitian ini, yang mana berfungsi supaya penggambaran pendataan penelitiannya lebih merinci.
Penelitian yang dilakukan ini menghasilkan ringkasan bahwa pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang mengalami keterlambatan pembayaran. Pembiayaan Murabahah sebagai pembiayaan terbanyak yang diambil oleh nasabah BPRS Asad Alif juga terdapat kendala dalam pembayarannya. Untuk itu diperlukan analisis penyelesaian yang sesuai prosedur yang berlaku.