Di dunia yang semakin berkembang dan modern ini banyak sekali dampak yang di dapatkan oleh umat manusia baik dampak negatif maupun dampak positif. Kesenangan dunia dapat mengakibatkan manusia semakin lalai dalam beribadah kepada Allah SWT. Padahal Allah telah berjanji dalam Al-Qur’an bahwa Allah akan memberikan rezeki dengan jalan yang tak disangka-sangka jika hambanya mau bertakwa dan beramal sholeh kepadaNYA, sedangkan sebaliknya jika mereka berdusta pada Allah dan selalu melakukan maksiat maka Allah akan menangguhkan mereka menuju jalan kesengsaraan dan pada akhirnya Allah akan memberikan mereka berupa adzab yang sangat menyakitkan. Ditangguhkannya azab oleh Allah kepada hambanya yang berdusta disebut dengan istilah istidrāj. Dalam hal ini penulis telah meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang istidrāj dalam pendekatan komparatif antara pendapat M. Quraish Shihab dan Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab tafsirnya yaitu tafsir Al-Mishbah dan tafsir Al-Munir. Adapun model metode penelitian yang di gunakan oleh peneliti yaitu menggunakan metode berbasis kepustakaan atau yang sering di sebut sebagai library research yang berupa karya tafsir dari M. Quraish Shihab dan Dr. Wahbah Az-Zuhaili. Hasil dari penelitian ini di tinjau dari ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan istidrāj yang terkandung dalam tafsir Al-Mishbah dan tafsir Al-Munir yang di fokuskan dalam Qs. Al-Qolam ayat 44 dan Qs. Al-A’raf ayat 182 yang mana makna dari istidrāj itu sendiri yaitu suatu bentuk azab yang ditangguhkan kepada manusia yang telah berdusta kepada Allah dengan berupa kenikmatan dan kesenangan di dunia yang akan menjadikan mereka lalai kepada tuhannya dan akan terjerumuskan kedalam jurang kesesatan yang berupa siksa. Menurut M. Quraish Shihab istidrāj yaitu sebuah perbuatan yang berupa kebaikan namun kebaikan tersebut hanyalah sebuah cobaan dari Allah bagi orang yang telah melanggar perintahnya. Sedangkan menurut Dr. Wahbah Az-Zuhaili istidrāj yaitu suatu keadaan dimana Allah akan membawa orang yang telah berbuat dzalim dengan mendekatkan adzab kepada mereka secara bertahap dalam bentuk pengabaian tanpa mereka ketahui bahwa Allah menjerumuskannya dalam kesesatan. Persamaan penafsiran antara M. Quraish Shihab dan Dr. Wahbah Az-Zuhaili mengenai istidrāj mereka sepakat memaknainya sebagai suatu perbuatan Allah pada makhluknya yang melanggar perintahNYA menuju bentuk pengabaian dan kesenangan dunia namun dengan tujuan menjerumuskan mereka kedalam kesesatan dan siksa. Sedangkan perbedaan penafsiran mereka mengenai istidrāj yaitu M. Quraish Shihab menafsirkan kata istidrāj dengan asal kata ad-darj yang berarti tingkat dan tadarruj yang berarti berpindah dari satu tahap ke tahap yang lainnya sedangkan Dr. Wahbah Az-Zuhaili langsung menafsirkan kata istidrāj dengan sanastadrijuhum yang artinya Allah akan menyiksa mereka secara bertahap.