Fenomena sosial yang terjadi pada saat ini, banyak umat muslim yang menjadikan ayat Al-Qur’an sebagai amalan sehari-hari dan menjadikannya wirid. Namun yang sering kita jumpai, kebanyakan dari mereka lebih mementingkan khasiat dari apa yang dibaca tanpa memahami ayat tersebut secara kontekstual. Berkaitan dengan hal ini, tidak terlepas dari QS. Ath-Thalaq ayat 2-3 yang sebagian umat muslim khususnya di Indonesia menyebutnya ayat seribu dinar. Hamka menjadikan ayat ini sebagai pimpinan dalam berumahtangga dan Quraish Shihab mengatakan ayat tersebut tidak menjadikanmu kaya. Lalu bagaimana penafsiran terkait makna rezeki pada ayat tersebut?. Penelitian ilmiah ini membahas bagaimana makna rezeki yang didapati dalam tafsir QS. Ath-Thalaq ayat 2-3 menurut Buya Hamka dan Quraish Shihab dengan menggunakan metode kajian pustaka dengan teknik kualitatif dan analisis deskriptif serta komparatif terhadap kedua tafsir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rezeki juga bersifat spiritual, tidak selalu tentang materi saja. Menurut Hamka kebahagiaan tidak berdasar pada harta tetapi rasa thuma’ninah, Quraish Shihab mengatakan bahwa kepuasan hati adalah rezeki yang tidak akan pernah habis, hal tersebut karena memberikan rezeki pada ayat ini bermaksud memperoleh sebab-sebab rezeki. Dalam rezeki juga terdapat hubungan kausalitas antara Allah dengan makhlukNya, sehingga tujuan utama pemahaman rezeki adalah menjadi pribadi yang bersyukur, bersabar dan kembali dekat dengan Tuhan.