Pasar Johar adalah pasar pasar tradisional yang telah berdiri sejak tahun 1860 dan termasuk pusat perdagangan yang dikenal dengan komoditas terlengkap di Kota Semarang. Sayangnya keadaan Pasar Johar itu cukup memprihatinkan. Pasar yang terkesan kumuh, padat, tidak teratur dan rusak justru menimbulkan ketidaknyamanan dalam bertransaksi ekonomi. Sejak masa pemerintahan Walikota Hendrar Prihadi, tentunya berupaya untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Salah satu kebijakan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehjateraan dan pembangunan yaitu kebijakan pembangunan kota atau tata ruang kota melalui revitalisasi pasar tradisional. Hendrar Prihadi mampu menunjukkan konsistensi berupa kebijakan yang dibuatnya merupakan bentuk kepedulian kepada masyarakatnya. Karena konsistensinya, Hendrar Prihadi memperoleh dua penghargaan sebagai pemimpin yang mampu mengubah tatanan Pasar Johar dan menjadikan Pasar Johar Semarang ber- Standar Nasional Indonesia. Maka dari itu penulis ingin memfokuskan konteks kepercayaan publik kepada Walikota Hendrar Prihadi melalui penilaian kebijakan revitalisasi Pasar Johar Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner atau angket yang disebar kepada pedagang Pasar Johar Semarang. Sedangkan untuk teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori evaluasi kebijakan publik dari William N Dunn (2003) dan teori kepercayaan publik dari Agus Dwiyanto (2013)
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat pengaruh kebijakan revitalisasi Pasar Johar Semarang terhadap kepercayaan publik kepada Walikota Hendrar Prihadi. Hal tersebut dapat dicermati dari nilai f hitung yakni sebesar 109,611 dengan tingkat signifikansi yakni sebesar 0,000 yang berarti hasil ouput tersebut < 0,05. Serta hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengaruh kebijakan revitalisasi Pasar Johar Semarang terhadap kepercayaan publik kepada Hendrar Prihadi yakni sebesar 58,4% sedangkan sisanya 41,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang diluar jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

ABSTRACT:
Pasar Johar is a traditional market that has been established since 1860 and is a trading center known as the most complete commodity in the city of Semarang. It's a shame that the Johar Market is in a bad state. Markets that seem rundown, congested, disorderly and damaged actually cause inconvenience in economic transactions. Since the reign of Mayor Hendrar Prihadi, of course, he has tried to maintain the existence of traditional markets. One policy that aims to improve welfare and development is urban development or urban spatial planning through the revitalization of traditional markets. Hendrar Prihadi was able to show consistency in the form of policies he made which were a form of concern for his people. Because of his consistency, Hendrar Prihadi won two awards as a leader who was able to change the order of Johar Market and make Semarang Johar Market have the Indonesian National Standard. Therefore the author wants to focus on the context of public trust in Mayor Hendrar Prihadi through an assessment of the Semarang Johar Market revitalization policy.
This study used a quantitative method with data collection techniques using questionnaires or questionnaires which were distributed to traders at Pasar Johar Semarang. As for the data analysis technique used is simple linear regression analysis. The theoretical basis used in this study is the theory of public policy evaluation and the concept of public trust.
Based on the research results, it can be concluded that there is an influence of the Semarang Johar Market revitalization policy on public trust in Mayor Hendrar Prihadi. This can be observed from the calculated f value, which is 109.611 with a significance level of 0.000, which means that the output result is <0.05. And the results of this study prove that the influence of the Semarang Johar Market revitalization policy on public trust in Hendrar Prihadi is 58.4%, while the remaining 41.6% is influenced by other factors outside the type of research conducted by researchers.