Penyelenggaraan ibadah Haji di Indonesia telah dilaksanakan setiap tahunnya. Indonesia selalu menjadi salah satu pengirim jemaah Haji terbanyak di dunia pada setiap tahunnya. Jumlah jemaah Haji yang banyak tersebut menimbulkan harapan di masyarakat agar dapat berkontribusi lebih banyak pula. Disamping mendapatkan kemabruran pasca Haji, keberadaan para Haji merupakan sumber potensial yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Namun dewasa ini peran positif dari para Haji tersebut semakin kurang dirasakan di masyarakat. Menanggapi hal itu, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) di Kota Semarang melalui IPHI tingkat kecamatan melakukan pembinaan pasca Ibadah Haji kepada para jemaah. Setiap kegiatan pembinaan pasca ibadah Haji yang dilakukan, tentu memerlukan adanya manajemen. Manajemen yang baik adalah manajemen yang menerapkan serangkaian kegiatan yang biasa disebut dengan fungsi-fungsi manajemen. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen yang dilakukan dalam memberikan pembinaan pasca haji kepada para jemaah oleh IPHI di Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, dimana penulis berusaha untuk menganalisis data secara deskripsi dengan kalimat yang rinci, lengkap, dan menggambarkan sesuai dengan situasi yang sebenernya. Mengingat IPHI di Kota Semarang yang terdapat 16 IPHI tingkat kecamatan, maka penulis menggunakan teknik purposive sampling, hingga akhirnya penulis mendapatkan 3 IPHI tingkat kecamatan yang akan diteliti, yaitu IPHI Kecamatan Tugu, Gunungpati, dan Pedurungan. Data yang penulis peroleh menggunakan metode wawancara observasi dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwasanya bentuk dari pembinaan pasca ibadah Haji yang dilakukan oleh IPHI di Kota Semarang didelegasikan kepada IPHI tingkat kecamatan. Adapun pembinaan pasca Haji yang dilakukan oleh IPHI tingkat kecamatan yang penulis teliti mmiliki kesamaan yakni hanya sekedar berbentuk pengajian rutin. IPHI di kota Semarang, khususnya IPHI kecamatan Tugu, Gunungpati, dan Pedurungan dalam pelaksanaan pembinaan berupa pengajian tersebut, telah melaksanakan prinsip manajemen. Hal tersebut ditandai dengan adanya penerapan fungsi-fungsi manajemen, yakni 1) Perencanaan dengan menetapkan tujuan, merumuskan sasaran, menetapkan kegiatan serta jadwalnya, dan menetapkan metode yang dipakai; 2) Pengorganisasian dengan membagi para pengurusnya ke dalam tugas-tugas tertentu sesuai dengan kemampuannya; 3) Penggerakan dengan selalu memberikan motivasi-motivasi serta pengingat kepada para pengurus yang bertugas; dan 4) Pengawasan dengan melaksanakan pengawasan secara langsung saat kegiatan serta pengawasan tak langsung dengan diadakannya evaluasi-evaluasi pada rapat rutin pengurus