Proses penerimaan informasi pada media massa televisi tidak semuanya berjalan lancar bagi penyandang disabilitas tunarungu. Penggunaan bahasa isyarat untuk tunarungu dalam mempelajari pengetahuan agama dapat berdampak signifikan pada kehidupan mereka oleh karenanya program dakwah televisi perlu difasilitasi bahasa isyarat. Namun kesenjangan menyaksikan ragam siaran dengan bahasa isyarat masih sangat sulit diperoleh.
Berdasarkan konteks di atas timbul pertanyaan bagaimana kebijakan TVRI Jawa Tengah memfasilitasi bahasa isyarat dalam program dakwah? Penelitian ini membahas bagaimana kebijakan yang diambil pada stasiun televisi milik negara TVRI Jawa Tengah dalam mempresentasikan keberpihakan mereka terhadap pemirsa tunarungu. Selain itu, ditunjukkan juga faktor-faktor yang menghambat penggunaan translasi bahasa isyarat pada program dakwah. Pembahasan itu dikupas menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Narasumber utama yang menjadi sumber penggalian data adalah produser program Ngaji Bareng Kyai dari TVRI Jawa Tengah, dan narasumber pendukung adalah Kepala Divisi Kelembagaan KPID Jawa Tengah dan informan tunarungu.
Hasil dari penelitian menyebutkan bahwa TVRI Jawa Tengah belum bisa menjalankan sepenuhnya prosedur penyiaran sesuai regulasi yang ada, penggunaan bahasa isyarat pada program dakwah yang diproduksi TVRI Jawa Tengah belum tersedia namun pihak TVRI Jawa Tengah sudah berusaha menunjukan keberpihakannya kepada kelompok disabilitas termasuk tunarungu berupa menyediakan aksesibilitas untuk disabilitas, pernah memproduksi program talkshow bertemakan kemandirian disabilitas, menyediakan interpreter bahasa isyarat untuk program berita dan program khusus, TVRI sangat berhati-hati dalam menampilkan kalangan disabilitas dalam program siaran dan menjaga harkat serta martabat mereka.