Studi ini hadir didasari keragaman budaya di Indonesia khususnya tradisi pelaksanaan ibadah haji yang ada di jawa. Salah satunya tradisi yang dimaksud yakni tradisi gentong haji yang memiliki perbedaan pelaksanaan tradisi ini dengan tradisi ritual haji lainnya. Perbedaan tersebut tergambar dari cara pelaksanaan serta alat dan bahan yang digunakan, hal tersebut membuat kemungkinan bahwa tradisi gentong haji menghasilkan makna tersendiri bagi masyarakat Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi gentong haji pada masyarakat Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon dan menganalisis makna tradisi gentong haji bagi masyarakat Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon. Menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis studi lapangan (field research) dan pendekatan antropologi sosial dan agama. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik pengecekan validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Sumber data dalam penelitian ini terbagi atas sumber primer yakni tokoh agama, tokoh masyarakat, dan jemaah haji yang terlibat dalam tradisi gentong haji, serta data sekunder yakni literatur yang relevan, dokumentasi, dan wawancara dengan masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan tradisi gentong haji. Setelah data diperoleh, penulis mengolah data menggunakan teknik analisis data berupa reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, proses pelaksanaan tradisi gentong haji pada masyarakat Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon terbagi pada tiga proses, yaitu proses persiapan yang dimulai dengan mengadakan walimatussafar sejak satu minggu atau dua minggu sebelum jemaah diberangkatkan ke tanah suci. Selanjutnya, peroses pelaksanaan yakni proses inti tradisi gentong haji yang dimulai dengan menuangkan air do’a dari acara walimatussafar kedalam gentong yang kemudian diletakkan di depan rumah lengkap dengan gayung atau siwur, serta akan diisi ulang ketika air tersebut habis. Selanjutnya, proses akhir yakni jemaah haji mengadakan tasyakuran, pengajian, serta pembagian oleh-oleh haji pada masyarakat untuk merayakan kepulangan jemaah haji setelah melaksanakan ibadah haji. Kedua, makna tradisi gentong haji terdiri dari makna simbolik, makna filosofis, makna sosial, dan makna religius. Makna simbolik terdapat pada air, gentong, siwur atau gayung sebagai alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan gentong haji. Selanjutnya, makna filosofis terlihat pada perwujudan sedekah dari jemaah dan keluarga jemaah haji. Lalu, makna sosial ditunjukkan pada kesadaran berbagi dan mempererat tali silahturahmi. Terakhir, makna religius yang menunjukkan bahwa tradisi gentong haji yaitu merayakan kepergian jemaah haji dan menunggu kepulangan jemaah haji dengan memperbanyak do’a untuk keselamatan jemaah haji.