Partai Demokrat merupakan partai dengan perolehan suara tertinggi dan berhasil mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden selama dua periode. Namun, dalam pemilu 2014 partai Demokrat mengalami penurunan suara dan puncaknya di pemilu 2019, khususnya di kota Semarang partai Demokrat berada di urutan kedua terbawah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab penurunan perolehan suara partai Demokrat di kota Semarang pada pemilu legislatif 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan jenis penelitian field research dan pendekatan studi kasus. Proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap narasumber. Penelitian ini menggunakan teori Crisis Legitimation oleh Jurgen Habermass dan teori pelembagaan partai oleh Basedau dan Stroh. Hasil dari penelitian ini yaitu partai Demokrat kota Semarang mengalami crisis legitimation dikarenakan beberapa kader partai Demokrat terkena kasus korupsi Hambalang, ketiadaan pemimpin partai yang mampu menggantikan kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, politik identitas dari Sukawi Sutarip yang merupakan kader partai Demokrat kota Semarang. Selain itu, disebabkan oleh pelembagaan partai politik yang kurang sempurna oleh partai Demokrat dalam faktor kekuatan organisasi dikarenakan perpindahan kepemimpinan SBY ke AHY dan ketiadaan keterwakilan calon presiden maupun wakil presiden yang berasal dari partai Demokrat serta faktor koherensi dimana partai Demokrat pada pemilu 2019 tidak memiliki posisi yang jelas baik sebagai oposisi maupun koalisi dan mesin partai Demokrat yang tidak bekerja secara optimal..

ABSTRACT:
The Democratic Party is the party with the highest number of votes and succeeded in delivering Susilo Bambang Yudhoyono as president for two terms. However, in the 2014 election the Democratic party experienced a decline in votes and its peak was in the 2019 election, especially in the city of Semarang, the Democratic party came in second bottom. This study aims to analyze the factors causing the decline in the Democratic party's vote acquisition in the city of Semarang in the 2019 legislative elections. The method used in this research is qualitative with a type of field research and a case study approach. The process of collecting data is done by conducting interviews with informants. This study uses the theory of Crisis Legitimation by Jurgen Habermass and the theory of party institutionalization by Basedau and Stroh. The results of this study are that the Democratic party in Semarang is experiencing a legitimation crisis because several Democrat party cadres were involved in the Hambalang corruption case, the absence of a party leader capable of replacing Susilo Bambang Yudhoyono's leadership, identity politics from Sukawi Sutarip who is a cadre of the Democratic party in Semarang. In addition, due to the imperfect institutionalization of political parties by the Democratic party in the organizational strength factor due to the transfer of SBY's leadership to AHY and the absence of representation of presidential and vice presidential candidates from the Democratic party as well as the coherence factor where the Democratic party in the 2019 election does not have a clear position. clear as both an opposition and a coalition.