Penyandang tunanetra seringkali dianggap sebagai individu yang memiliki kekurangan baik secara fisik ataupun kemampuan. Indivividu tunanetra merasa malu, tidak percaya diri dan kerap kali menganggap dirinya tidak berguna. Oleh sebab itu, individu tunanetra memerlukan resiliensi yang dianggap sebagai kekuatan yang dimiliki individu tunanetra untuk mampu survive terhadap hidupnya dan merubah hidupnya menjadi lebih bermakna kearah yang positif baik dari segi psikologis maupun emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam dinamika penyandang tunanetra yang tinggal di Yayasan Raudlatul Makfufin Tangerang. Subjek pada penelitian ini berjumlah 4 orang disabilitas tunanetra dari 27 disabilitas tunanetra, dua diantaranya tunanetra yang disebabkan bawaan dan dua non-bawaan. Pengambilan Subjek dengan menggunakan teknik purposive sampling, dengan karakteristik penyandang tunanetra, usia dewasa awal (12-21 tahun) dan bertempat tinggal di Yayasan Raudltaul Makfufin Tangerang minimal 1-2 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan Descriptive Phenomenological Analysis (DPA). Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi dan keabsahan data menggunakan triangulasi metodologis. Hasil penelitian ini menunjukkan keempat subjek pada penelitian ini berhasil memiliki resiliensi yang positif dalam menjalani hidup. Mereka mampu bertahan ditengah keadaan dengan segala pengalaman hidup yang menyakitkan, mereka dapat meregulasi dengan lapang segala kondisi yang mereka jalani saat ini, percaya bahwa apapun yang diberikan adalah kehendak Tuhan. Faktor-faktor tersebut yang secara tidak langsung dapat membentuk perilaku resilien pada diri penyandang tunanetra terbukti dengan adanya perubahan pada diri tunanetra sehingga keempat disabilitas tunanetra dapat menikmati dan bersyukur dengan dirinya.