dengan latar belakang dan kepribadian yang berbeda menghasilkan problematika yang beragam dan unik.Sehingga konsep diri inilah yang membentuk kepribadian dan keunikan perilaku bagi setiap santri. Bimbingan agama di lingkungan pesantren merupakan proses pemberian bantuan bagi santri dari kyai sehingga santri memahami hakikat manusia sebagai makhluk Allah, termasuk dalam mengembangan konsep diri yang dimiliki.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi konsep diri santri Ma’had Ulil Albab Semarang dan pelaksanaan bimbingan agama melalui kajian kitab Ihya’ Ulumuddin dalam mengembangkan konsep diri santri. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik obsrevasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknis validitas data meliputi sistem triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Sementara itu, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan data conclusion .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kondisi konsep diri santri yang menerima bimbingan agama pada umumnya menunjukkan perkembangan positif, hal tersebut dibuktikan dari kondisi diri kelima responden yang mengalami perkembangan diri sesuai dengan kepribadian dan kemampuan yang dimiliki santri, meliputi peningkatan intensitas ibadah, nilai kebersyukuran, kesederhanaan, memperkuat komitmen, kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, dan menghadapi masalah. Sebagian besar santri dapat berkembang secara signifikan, meskipun demikian terdapat pula santri yang cukup lambat dalam proses perkembangan konsep diri yang dialami karena berbagai faktor yang melatarbelangi. (2) Pelaksanaan bimbingan agama melalui kajian kitab Ihya’ Ulumuddin Semarang disampaikan oleh KH. Abdul Muhayya dibantu jajaran pengurus yang dilaksanakan setiap hari selasa dan rabu setelah shalat isya’pukul 19.40-20.30WIB bertempat di aula ma’had. Pemberian materi bimbingan agama merujuk pada kitab Ihya’ Ulumuddin dengan tema Rubbu’munjiyat (hal-hal yang menyelamatkan)fokus pada fasal muḥasabah dan muraqabah dan tingkatan maqomnya yaitu musyarathah (penetapan syarat) dimana santri berjanji dengan diri sendiri menjadi peribadi yang lebih baik, muraqabah (pengawasan diri) melakukan pengawasan dari pelaksanaan terhadap janji yang telah ditetapkan, muḥasabah (koreksi diri) santri mengevaluasi atas pelaksanan janji secara maksimal , muaqabah (penghukuman diri) santri memberikan sanksi jika dalam pelaksanaan janji kurang/tidak maksimal, mujahadah (bersungguh-sungguh) santri berupaya penuh mengembangkan konsep diri dengan niat lurus terhadap Allah, murabthah (penghinaan diri), santri mencela diri sendiri apabila menuruti nafsu yang bertentangan dengan perintah Allah.