Skripsi ini membahas tentang penerapan pendekatan humanistik dalam konseling agama sebagai upaya membentuk kepercayaan diri anak difabel (studi kasus: Komunitas Difabel Ar-Rizki Semarang). Komunitas tersebut merupakan salah satu komunitas difabel yang menerapkan pendekatan humanistik berdasarkan prinsip dan teknik humanistik untuk membentuk kepercayaan diri melalui konseling agama. Penelitian ini di latarbelakangi banyaknya anak difabel di kelurahan Rowosari, Semarang yang belum percaya diri dan memahami takdir Allah STW sehingga memerlukan konseling agama. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah proses penerapan pendekatan humanistik dalam konseling agama sebagai upaya membentuk kepercayaan diri anak difabel dan hasil pendekatan humanistik dalam konseling agama sebagai upaya membentuk kepercayaan diri anak difabel.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dengan obyek penelitiannya adalah anak difabel, konselor, pengurus komunitas, dan orang tua anak difabel di komunitas Ar-Rizki Semarang. Selain itu pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan tiga langkah dalam penelitian, yaitu: reduksi data (Data Reduction) penyajian data (Data Display) dan verifikasi atau kesimpulan data (Conslusing Drawing).
Hasil penelitian ini menunjukkan antara lain: (1) Proseis peineirapan peindeikatan konseiling agama seibagai upaya meimbeintuk keipeircayaan diri anak difabeil, dapat diterapkan beirdasarkan prinsip-prinsip humanistik yang ada yaitu: Manusia dimotivasi oleih adanya keiinginan untuk beirkeimbang dan meimeinuhi poteinsinya, Manusia bisa meimilih ingin meinjadi seipeirti apa, dan tahu apa yang teirbaik bagi dirinya, meimbantu manusia meimutuskan apa yang dikeiheindakinya. Selain itu teknik client centered yang digunakan oleh konselor seperti: acceptance (peineirimaan), understanding (meingeirti, meimahami), respect (rasa hormat), reassurance (meineintramkan hati, meiyakinkan), encouragement (dorongan), limited questioning (peirtanyaan teirbatas), reflection (meimantulkan peirtanyaan dan peirasaan). Pada prinsip-prinsip dan teknik tersebut mampu untuk membentuk aspek kepercayaan diri anak difabel yang meliputi: optimis, yakin, mandiri, toleransi dan mudah beradaptasi. 2) Hasil dari peineirapan peindeikatan humanistik dalam konseiling agama seibagai upaya meimbeintuk keipeircayaan diri anak difabeil dapat dinilai beirdasarkan aspeik-aspeik keipeircayaan diri meiliputi: optimis, yakin, mandiri, toleiransi, dan mudah beiradaptasi. Pada masing-masing informan memiliki hasil yang berbeda-beda. Peineirapan peindeikatan konseiling agama seibagai upaya meimbeintuk keipeircayaan diri anak difabeil dapat diterapkan pada anak difabel dengan klasifikasi difabel ringan dan sedang karena anak difabel masih dapat diajak untuk berkomunikasi dan melakukan konseling agama.